SOLOPOS.COM - Salah satu sudut Bengaluru yang dijuluki Siliconvalley of India. (Youtube.com-Plenty Facts)

Solopos.com, JAKARTA — Tidak mengherankan jika Tesla Inc. milik taipan Elon Musk memilih Bangalore atau Bengaluru, India  sebagai lokasi produksi mobil listrik ketiganya setelah China dan Amerika Serikat (AS). Apa sih keunggulan kawasan di barat India itu membuat Elon Musk membikin pabrik Tesla di sana?

Bangalore atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut Bengaluru itu merupakan kota kosmopolitan yang menjadi hub teknologi terbesar di Asia Selatan. Wilayah itu bahkan menyandang julukannya Silicon Valley of India.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Wilayah semacam itu dianggap cocok untuk Tesla yang membutuhkan tangan-tangan terampil teknologi. Nama-nama besar seperti Infosys, Google, SAP Labs India, Microsoft, VM Ware, Amazon dan Cisco memiliki kantor di Bangalore atau Bengaluru, kota dengan populasi terbesar di India.

Baca Juga: Mengeluh Punya Haters ke Fiki Naki, Mata Dayana Berkaca-Kaca…

Ekspedisi Mudik 2024

Meski terkenal dengan kemacetan, Bengaluru merupakan kota yang paling hijau di India. Bengaluru sendiri mulai tumbuh pesat setelah pemerintah India pada 2016 meluncurkan program untuk perusahaan pemula atau startup.

Dukungan tersebut mengalir di berbagai bidang mulai dari branding, pendanaan, perlindungan kekayaan intelektual hingga manfaat pajak. Alhasil pada 2019, dikutip dari Elite Business Magazine, proyek itu telah menghasilkan lebih dari 234.000 startup yang 182 di antaranya telah menerima dana. Bukan hanya itu, kesuksesan India dan Silicon Valley-nya juga tak lepas dari tangan dingin Perdana Menteri Narendra Modi.

Pada 2014, dia meluncurkan gerakan Make in India untuk mendorong bisnis agar mandiri. Langkah itu diyakini bakal meningkatkan manufaktur di negara tersebut. Terkait dengan Bengaluru, pemerintah Karnataka meluncurkan Kebijakan Permulaan Karnataka pada tahun 2015 dengan visi untuk merangsang pertumbuhan 20.000 perusahaan rintisan teknologi pada tahun 2020 dan termasuk dana kolektif hingga US$47,3 juta.

Baca Juga: Pesawat CN235 Diminati Mancanegara, Ke Mana Saja Pasarnya?

Selain menawarkan dukungan, pemerintah menyadari pentingnya menghapus praktik ilegal dalam dunia usaha. Maka pada tahun 2016, mereka mendemonetisasi semua uang kertas pecahan 500 dan 1.000 rupee dan menerbitkan uang kertas 500 dan 2.000 rupee yang baru dengan tujuan untuk membatasi shadow economy dan mengurangi penggunaan uang tunai ilegal dan palsu yang digunakan untuk mendanai kegiatan melanggar hukum dan terorisme.

Tindakan ini memicu pertumbuhan mendadak pembayaran online dan perusahaan tekfin. Perusahaan sistem pembayaraan seperti Paytm, MobiKwik, Lendingkart Technologies, dan Policybazaar mulai semakin berkembang di ekosistem Bengaluru.

Akibatnya, investasi modal ventura di startup fintech melonjak. Baru pada tahun 2018, startup fintech mengumpulkan US$2,34 miliar dengan total 145 kesepakatan. Pada 2019 saja, kota ini sudah memiliki 438 startup fintech dan jumlah tersebut terus melonjak.

Baca Juga: Film Animasi Siswa SMK RUS Berprestasi Internasional

Alhasil, Bengaluru itu pun menarik investor asing. Misalnya, konglomerat multinasional Jepang SoftBank yang telah menginvestasikan US$8 miliar sejak 2017 dan berambisi menginvestasikan US$100 miliar melalui Vision Fund ke perusahaan rintisan teknologi India dengan fokus di Bangaluru.

Selain itu, startup India menarik lebih dari US$33,4 miliar pendanaan melalui investasi asing langsung pada 2018. Bangaluru mengantongi pendanaan terbesar di sektor AI dan pembelajaran mesin. Perusahaan rintisan teknologi meraih dana luar biasa senilai US$ 328 juta pada tahun 2018 dibandingkan dengan US$26 juta pada tahun 2017.

Kekuatan SDM

Lalu, bagaimana dengan SDM di Bangaluru? Bengaluru itu memiliki universitas, kampus dan institut yang banyak menawarkan pendidikan di bidang teknologi, terutama Internet of Things. Saat ini, kita bisa melihat banyak jajaran perusahaan teknologi di dunia yang memiliki pejabat dari India. Sudah pasti, Tesla membutuhkan SDM andal untuk mengelola pusat riset dan pengembangannya, serta pabriknya nanti.

Baca Juga: Kristen Gray Dideportasi Via Bandara Soekarno-Hatta

Pemilihan India sebagai pusat produksi Tesla sudah dibaca sejak awal tahun. Pasalnya Tesla yang berbasis di AS mendirikan anak perusahaannya di India bernama Tesla India Motors dan Energy Pvt Ltd. pada Januari 2021. Kantor Tesla tersebut terletak di Lavelle Road, Bangaluru. Vaibhav Taneja, Venkatrangam Sreeram, dan David Feinstein telah ditunjuk sebagai direktur perusahaan.

Menteri Utama Karnataka BS Yediyurappa telah membenarkan bahwa Tesla akan mendirikan pabrik pembuatan mobil listrik di negara bagian tersebut. Dikutip dari NDTV, Tesla fokus pada Bangaluru karena kota ini akan menjadi pusat kendaraan listrik dan manufaktur dirgantara milik perusahaan.

Adapun, pengamat industri otomotif Bebin Djuana menilai, keputusan Tesla untuk membangun pabrik mobil listrik di India tak lepas dari keunggulan sumber daya manusia (SDM) di negara tersebut. “Analisis sederhananya, karena India memang unggul di SDM spesialis teknologi informasi (TI). Sillicon Valley saja pemasok tenaga kerja TI-nya paling banyak dari India. Jadi masuk akal kalau Tesla ingin mendekatkan diri ke sumber SDM unggul tersebut,” katanya, kepada Bisnis, Kamis (18/2/2021).

Baca Juga: Gempa Sulawesi Barat Dinilai Tak Lazim, Mengapa?

Meskipun behitu, dia menilai keunggulan SDM India dibandingkan dengan Indonesia bisa direduksi, lantaran proses produksi kendaraan listrik dapat ditempuh dengan metode robotisasi. Sementara itu, dia melihat selama ini Tesla memang belum pernah memberikan informasi bakal membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.

Menurutnya, sejak awal Tesla hanya menunjukkan minat untuk membangun industri baterai listrik di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia tidak perlu terlalu kecewa lantaran Tesla memutuskan membangun pabrik mobil listrik di India.

Kendati demikian, dia melihat Indonesia tetap akan menarik bagi investor industri mobil listrik. Pasalnya, sejauh ini telah masuk korporasi asal Korea Selatan yakni LG Chem Ltd. untuk proyek industri baterai kendaraan listrik. Selanjutnya, di sisi hilir terdapat Hyundai yang juga sudah mulai memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri.

Baca Juga: 9 Bulan Diadopsi, Anak Balita Disiksa Hingga Tewas



“Saya masih optimistis, Tesla akan tetap masuk di Indonesia, meskipun bukan di pembuatan mobil listriknya, melainkan di pembuatan baterai mobil listrik. Karena kita punya keunggulan sebagai produsen bahan bakunya, yakni nikel,” katanya.

Terlepas dari hype-nya kabar masuknya Tesla ke India, mungkin justru akan memberikan tantangan tersendiri untuk negara tersebut. Pasalnya, negara ini belum meluncurkan “karpet merah” untuk mobil listrik seperti tetangganya China, di mana Tesla mendirikan pabrik pertamanya di luar AS dan sekarang mendominasi penjualan EV premium perusahaan.

Artinya, India masih punya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dari sisi kebijakan hingga infrastruktur. Kendati demikian, pilihan Elon Musk sudah bulat. Dia lebih memilih “nasi Biriyani” daripada “nasi Padang”.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya