SOLOPOS.COM - Pengolahan limbah organik menjadi pupuk dan gas di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Selasa (31/1/2023).(Solopos.com/Gigih Windar Pratama).

Solopos.com, Magelang — Sampah yang menggunung merupakan salah satu problematika di kota-kota besar yang akan menjadi ancaman serius jika dibiarkan.

Beragam rencana dan upaya untuk mengolah sampah-sampah di Indonesia terus dibahas secara serius.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Maka dari itu, Manajemen PT Telkom Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) Magelang, Jawa Tengah, membuat langkah nyata untuk menyelesaikan masalah sampah di sekitar Candi Borobudur, Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kota Magelang.

Program yang digarap Tim Daur Bikin Makmur tersebut digagas sejak 2019.

Tim Daur Bikin Makmur ini tidak hanya mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, tetapi jangka panjang dari program ini adalah untuk menjadikan hasil pengolahan sampah sebagai sesuatu yang bermanfaat dan berkelanjutan. 

General Manajer Telkom Witel Magelang Mustadi saat ditemui Solopos.com menjelaskan, dorongan awal untuk menyelesaikan masalah sampah, bermula dari program Telkom Indonesia yang bertemakan Ayo Bikin Nyata.

Tujuannya yakni menjaring inovasi dari lingkungan Telkom Indonesia demi kemajuan lingkungan dan sosial di sekitarnya.

“Jadi yang pertama kami ada program Ayo Bikin Nyata yang diselenggarakan Telkom untuk menjaring inovasi tidak hanya di lingkup internal dan bisa ke arah sosial. Dipimpin oleh teman-teman kami, kami melihat ada masalah sampah di Desa Tuksongo ini. Dalam hitungan kami sekitar 15 ton sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) per bulan, itu hanya di satu TPS bayangkan di Desa Tuksongo ini ada 12 TPS,” terang Mustadi pada Selasa (31/1/2023).

Pemasalahan sampah ini kemudian dibahas secara serius oleh Tim Daur Bikin Makmur, tujuannya mengurangi sampah yang tidak terolah di daerah Desa Tuksongo.

Awalnya dengan memisah sampah organik dan anorganik dan mengubah sampah tersebut untuk menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.

“Ide pada saat itu ingin mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat, jadi kami berkolaborasi dengan TPS Tuksongo ini diolah dengan memilah sampah organik dan organik. Yang Anorganik awalnya ingin menjadi barang yang punya nilai ekonomis seperti kerajinan, sedangkan yang organik kami ubah menjadi pupuk kompos dan makanan untuk maggot yang akan kami jual,” tambah Mustadi.

Meskipun sudah memiliki rencana yang matang untuk mengubah sampah untuk memiliki nilai ekonomi, tetapi dalam kenyataannya, ada beberapa perubahan rencana untuk mengoptimalkan nilai ekonomi dari hasil pengolahan sampah tersebut.

“Yang anorganik awalnya kami ingin buat menjadi kerajinan atau batako, tetapi ternyata karena jumlah sampahnya yang kurang ditambah lagi ternyata kalkulasi nilai ekonomisnya justru kurang. Maka dari itu untuk sampah anorganik kami pisahkan dan kami kumpulkan ke pengepul. Dan yang organik justru bertambah dengan adanya hasil gas dari pengolahan sampah,” lanjut Mustadi.

Sistem pengambilan sampah dari masyarakat sekitar juga cukup mudah, sebanyak 300 Kepala Keluarga (KK) diwajibkan memisahkan sampah organik dan anorganik sebelum akhirnya dikumpulkan oleh petugas sampah.

Setiap KK diwajibkan membayar sebesar Rp15.000 per bulan.

Nantinya setelah tiba di TPS, petugas akan memilah sampah tersebut menjadi tiga jenis, anorganik, organik dan  dan sampah sisa makanan. “Kalau yang sampah sisa makanan kami akan berikan ke maggot sebagai makanan utama,” jelas Mustadi.

Hasilnya, kini semua hasil olahan sampah kini bisa dijual dan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh warga sekitar. Selain itu, hasil pengolahan sampah hanya menyisakan 10 persen untuk dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Penghargaan bergengsi pun diraih, yakni Honorable Mention dalam BUMN Corporate Communications and Sustainability Summit (BCOMSS 2021) untuk kategori Creating Shared Value.

Beberapa daerah bahkan sering menjadikan binaan Witel Magelang ini sebagai studi banding dan direplikasi di daerah mereka.

“Dan Alhamdulillah di tingkat pagelaran Ayo Bikin Nyata, program kami menjadi yang terbaik, dan mendapatkan  penghargaan juga dari Kementerian BUMN dari Pak Erick Thohir. Dan beberapa sudah mulai menjajaki untuk menerapkan program serupa di daerah masing-masing,” jelas Mustadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya