SOLOPOS.COM - Oei Tiong Ham. (Wikipedia)

Solopos.com, SEMARANG — Oei Tiong Ham (OTH) adalah pengusaha keturunan Tionghoa asal Semarang, Jawa Tengah yang memiliki gelar sebagai pengusaha terkaya se-Asia Tenggara. Usahanya yang bergerak di bidang industri gula membuat dia mendapat julukan sebagai “Sang Raja Gula Asia.”

Lahir di Semarang, 19 November 1866 dari pasangan Oei Tjie Sien yang merupakan pengusaha totok dari Tong An, Fujian, Tiongkok dan Tjan Bien Nio, kaum peranakan yang lahir di Jawa, OTH memiliki hubungan yang dekat dengan pemerintahan Hindia Belanda saat itu hingga dia mendapatkan gelar Luitenant der Chinezen dan kemudian naik pangkat menjadi Majoor hingga purna tugasnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kedekatan OTH dengan pemerintahan Hindia Belanda memberikan ruang bagi dia untuk memiliki sejumlah aset properti di sejumlah tempat di Kota Semarang. Seperti yang sudah diberitakan Solopos.com sebelumnya, OTH memiliki sederet aset properti yang tersebar di Kota Semarang, salah satunya di kawasan Kota Lama. Tercatat ada lima bangunan yang merupakan aset properti milik OTH.

Baca juga: Ini Wujud 2 Istana Pengusaha Terkaya Asia Tenggara di Semarang

Dengan status kepemilikan beberapa properti ini membuat OTH juga membuka usaha di bidang properti pula. Saat masa tugasnya sebagai Majoor selesai, OTH hijrah ke Singapura untuk melebarkan ekspansi bisnisnya di kota pelabuhan tersebut.

Dilansir dari laman pemerintahan Singapura, alasan lainnya terkait hijrah OTH ke Singapura adalah rasa ketidaksetujuannya dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang mengijinkan anak-anak perempuannya untuk mendapat hak waris hartanya.

Selain itu, dia juga keberatan dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang menerapkan pajak pemerintah atas keuntungan bisnisnya sebesar 30 persen selama masa Perang Dunia. Bahkan OTH rela kehilangan statusnya sebagai warga negara Hindia Belanda.

Baca juga: Misteri Hantu Cantik di Istana Pengusaha Terkaya ASEAN di Semarang

Isi Brankas

Di akhir hidupnya, OTH yang meninggal dunia di usia 59 tahun pada 1924 silam yang diduga akibat diracuni ini hanya memberikan warisannya kepada kedua putranya saja, sedangkan anak-anaknya yang lain dari delapan istrinya tidak mendapat jatah sama sekali.

Sementara itu, di salah satu aset bangunan yang ada di kawasan Kota Lama Semarang, tepatnya di Jalan Suari, yang kini menjadi Restoran Pringsewu, ditemukan dua brankas tua yang dipercaya sebagai tempat penyimpanan harta berharga. Dilansir dari berbagai sumber, kedua brankas yang terbuat dari besi ini diyakini sebagai tempat penyimpanan surat-surat aset properti yang dimiliki oleh OTH yang bernilai ratusan juta gulden.

Baca juga: Begini Kondisi Istana Pengusaha Terkaya Asia Tenggara di Semarang

Diduga, surat-surat kepemilikan aset properti yang disimpan di kedua brankas ini agar tidak diambil oleh anak-anaknya atau pihak keluarga  yang bukan termasuk ahli waris. Sebagai informasi, OTH memiliki sembilan orang putra dan 13 putri dari delapan istri.

Bahkan dulu kabarnya ada tiga brankas yang ada di bangunan tersebut namun sejak terjadi kebakaran besar, hanya tersisa dua brankas saja. Hingga sekarang,  kedua brankas berukuran besar tersebut dinikmati pengunjung restoran sebagai spot berswafoto yang berlatar brankas bersejarah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya