SOLOPOS.COM - Sejumlah pengguna jalan melintas di kawasan Gladak Jl Slamet Riyadi Solo, Kamis (11/11/2021) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Kira-kira di mana masjid tertua yang ada di Solo, Jawa Tengah?

Bukan Masjid Agung Surakarta, ternyata masjid tertua di Kota Bengawan adalah Masjid Laweyan yang berlokasi di Pajang, Laweyan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mengutip dari portal Cagar Budaya milik Kemendikbud, masjid ini berdiri sejak 1546 dan jauh lebih tua dibanding Masjid Agung Surakarta yang dibangun pada 1763.

Baca Juga: Kemunculan Kabut Hitam, Cikal Bakal Nama Gunung Kemukus Sragen

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari unggahan pengelola akun Facebook Solo Zaman Dulu, masjid tertua di Solo dibangun pada masa Kerajaan Pajang kepemimpinan Sultan Hadiwijaya sebelum dipecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Yogyakarta.

Ornamen masjid yang masih berfungsi hingga sekarang ini masih terjaga dengan baik. Ada pula beduk dan kentongan yang diyakini berusia ratusan tahun.

Baca Juga: Ada Spot Foto Baru dan Kece di Solo, Ini Hlo Lokasinya!

Ciri arsitektur Jawa ditemukan pada atap masjid. Bentuk atap menggunakan tajuk atau bersusun dan terdiri atas dua bagian yang bersusun. Dinding Masjid Laweyan terbuat dari susunan batu bata dan semen. Penggunaan batu bata sebagai bahan dinding, baru digunakan masyarakat sekitar tahun 1800. Sebelum dibangun seperti sekarang, bangunan masjid ini sebagian menggunakan kayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rumah pelindung makam kuno terbuat dari kayu.

MASJID LAWEYAN, TERTUA DI KOTA SOLO
MASJID LAWEYAN, TERTUA DI KOTA SOLO

Masjid Tertua di Solo Ternyata Dulunya Pura

Bukan hanya itu saja, Masjid Laweyan mempunyai ciri khas yang unik. Arsitektur masjid dengan cat hijau ini memiliki bentuk berundak mirip pura, tempat beribadah umat Hindu.

Ternyata hal tersebut bukan hanya kebetulan saja. Dahulu, masjid tertua di Solo ini merupakan pura Hindu yang dimiliki Ki Beluk.

Baca Juga:  5 Kuliner yang Wajib Dicoba Saat ke Pasar Tawangmangu Karanganyar

Ki Beluk memiliki hubungan dekat dengan Kiai Ageng Henis yang merupakan sahabat dari Sunan Kalijaga. Dengan berjalannya waktu, Ki Beluk memeluk Islam. Bangunan milik Ki Beluk ini pun kemudian diubah menjadi musala. Seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan diubah fungsinya menjadi masjid.

Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang banyak. Pemilik masjid ini adalah Kiai Ageng Henis (kakek dari Susuhunan Paku Buwono II). Seperti layaknya sebuah masjid, Masjid Laweyan berfungsi sebagai tempat untuk nikah, talak, rujuk, musyawarah, dan makam.

Baca Juga: 8 Wisata Seru di Sukoharjo, Ada yang Baru dan Lagi Ngehit Hlo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya