SOLOPOS.COM - Dr. Wahyuni Kristinawati, M.Si., Psi., saat menyampaikan materi di salah satu sesi OMB UKSW. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Ribuan mahasiswa baru Universitas Kristen Satya Wacana atau UKSW Salatiga mendapatkan bekal agar bisa mencegah perundungan, tindak asusila, dan kekerasan seksual.

Berani bersikap tegas menjadi salah satu upaya pencegahan agar terhindar dari tindak perundungan, tindak asusila dan kekerasan seksual. Namun apabila hal-hal tersebut terlanjur terjadi maka kunci penyelesaiannya dapat dilakukan dengan berani bersuara.

Hal ini disampaikan oleh dosen Fakultas Psikologi UKSW Dr. Wahyuni Kristinawati, M.Si., Psi., Selasa (16/08/2022) di Balairung Universitas.

Di hadapan ribuan peserta kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) UKSW Tahun 2022, Wahyuni menyebut berbagai macam tindakan di atas tanpa disadari telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari.

Penyebabnya bukan hal muluk namun justru bersumber pada budaya yang terbentuk di masyarakat kita sendiri.

Baca Juga: Keren! 5 Mahasiswa UKSW Lolos IISMA 2022, Berhak Belajar di Luar Negeri

Wahyuni mencontohkan budaya patriarki yang membuat adanya ketimpangan status sosial di antara laki-laki dan perempuan. Selain itu juga relasi kuasa yang menyimpang, budaya menyalahkan korban, kurang pemahaman tentang kekerasan, hingga minimnya laporan kasus.

“Sebagian orang merasa bahwa tindak perundungan, tindak asusila hingga pelecehan seksual adalah hal yang normal dan menjadi sebuah bagian hidup yang harus dilewati. Bahkan telah membudaya sehingga apabila korban mengalami hal tersebut dan diceritakan maka justru kasusnya akan makin runyam. Belum lagi dihantui ketakutan untuk melapor,” katanya.

Oleh sebab itu, dirinya menegaskan pada para peserta OMB UKSW untuk selalu mawas diri agar tidak menjadi pelaku maupun korban perundungan dan pelecehan. Dia mendorong ada upaya antisipasi jika sudah ada indikasi serta keberanian untuk melapor.

Wahyuni menyebut jika di universitas telah terbentuk satgas pencegahan dan penanganan kasus pelecehan seksual. Dirinya berharap seluruh elemen universitas termasuk mahasiswa dapat mengawal perjalanan tim satgas.

Baca Juga: Jadi Jembatan Kampus dan Dunia Kerja, Permen Kembali Digelar UKSW

“Titik kuncinya adalah bergerak bersama, itu jauh lebih efektif daripada hanya satu sisi yang bergerak. Sebab semakin kasusnya tidak terkuak, korban semakin diam, semakin sembunyi maka permasalahan tidak dapat diselesaikan dan akan semakin meluas. Mari bersama menciptakan kampus yang bebas dari berbagai macam kekerasan terutama kekerasan seksual,” tegasnya.

Nilai Budaya dan Norma Kampus

Di sesi lainnya, peserta OMB UKSW yang tahun ini berkesempatan mengikuti kegiatan secara on site memperoleh materi pengenalan nilai budaya, etika, tata krama, norma kehidupan kampus serta terampil dan bijak dalam berkomunikasi melalui media sosial, dan juga plagiarism.

Senada dengan pemateri sebelumnya, Yustinus Windrawanto, S.Pd., M.Pd., sebagai narasumber juga menegaskan bahwa setiap perilaku manusia dipengaruhi oleh budayanya. Nilai budaya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi penting.

Disampaikan dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini bahwa terdapat sejumlah nilai-nilai UKSW yang terkait dengan budaya.

“Nilai budaya kita di antaranya ada scientiarum yakni pembentukan persekutuan pengetahuan tingkat tinggi sehingga relasi dosen dan mahasiswa menjadi sangat erat. Selama kuliah manfaatkan waktu dengan menjadi murid yang ingin tahu banyak hal dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari para dosen untuk bisa mendapatkan banyak pengetahuan,” terangnya.

Baca Juga: Semangat Mahasiswa Baru UKSW Salatiga Ikuti Masa Orientasi

Hal lain yang tak kalah penting untuk ditekankan bagi mahasiswa di jaman sekarang adalah etika baik itu dalam kehidupan berkuliah seperti etika bermedia sosial dan etika berkomunikasi secara daring.

Kedua materi tersebut merupakan materi khusus yang pertama kali disampaikan dalam gelaran OMB. Seperti disampaikan ketua OMB UKSW Krisma Widi Wardani, S.Pd., M.Pd., dua materi ini terdapat dalam Panduan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2022 dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi.

Melalui sejumlah materi baru yang disampaikan diharapkan dapat membentuk karakter mahasiswa yang mengedepankan sikap sebagai intelektual yang mengandalkan kecerdasan berpikir, kedewasaan dalam bertutur kata dan bertindak, antikekerasan termasuk antiperundungan, berbudaya, bermartabat dan inspiratif

Di gelaran OMB hari kedua mahasiswa baru juga dibekali pengetahuan mengenai Lembaga Layanan Kemahasiswaan (LLK). Giner Maslebu, S.Pd, S.Si., M. Si., selaku ketua LLK hadir sebagai narasumber.

Giner mengatakan bahwa LLK UKSW hadir sebagai jembatan bagi mahasiswa dan universitas terkait kesejahteraan, aktivitas mahasiswa, internasionalisasi dan kerja sama kemahasiswaan serta pengabdian masyarakat dan kewirausahaan.

Baca Juga: Meriah! Ilmu Ekonomi FEB UKSW Gelar Turnamen E-Sport Mobile Legend 2022

Giner juga menyebut dalam upaya mewujudkan mahasiswa UKSW sebagai manusia bermutu dengan prinsip creative minority atau minoritas berdaya cipta, UKSW memiliki strategi pola pembinaan yang terbagi dalam bidang profesional dan humanistik.

Menurutnya mahasiswa UKSW harus mengenal strategi pola pembinaan ini sejak dini sehingga dapat menyesuaikan diri secara cepat dan segera mengarahkan dirinya untuk menjadi creative minority yang unggul dan berdaya cipta.

Rekomendasi
Berita Lainnya