SOLOPOS.COM - Astronaut Sunita L Williams, insinyur penerbangan Ekspedisi 14, tengah beraksi di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). (UPI Photo/NASA)

Solopos.com, JAKARTA – Lamanya para astronaut di luar angkasa tentu juga berimbas pada aneka kebutuhan. Termasuk hasrat membuang hajat kecil maupun besar. Lantas seperti apa caranya?

Mengutip Detikinet, Sabtu (8/5/2021), pada tahun 1961, Alan Shepard menjadi orang Amerika pertama di luar angkasa. Perjalanannya seharusnya singkat, jadi tidak ada rencana untuk buang air kecil. Tapi peluncurannya ditunda selama lebih dari tiga jam setelah Shepard naik ke roket.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akhirnya, dia bertanya apakah dia bisa keluar dari roket untuk buang air kecil. Alih-alih membuang lebih banyak waktu, pengontrol misi menyimpulkan bahwa Shepard dapat dengan aman kencing di dalam pakaian antariksa miliknya.

Baca Juga : Inilah Nasib Astronaut yang Meninggal di Luar Angkasa

Ekspedisi Mudik 2024

Mengutip University at Buffalo, toilet kemudian dirancang pada tahun 2000 untuk pria dan sulit digunakan oleh wanita sebab penggunanya harus buang air kecil sambil berdiri.

Untuk buang air besar, para astronaut menggunakan pengikat paha untuk duduk di toilet kecil dan untuk menutup rapat antara pantat dan tempat duduk toilet. Itu tidak bekerja dengan baik dan sulit untuk dijaga kebersihannya.

Jadi pada 2018, NASA menghabiskan US$23 juta atau Rp325 miliar untuk toilet baru dan lebih baik. Untuk mengatasi masalah masalah kamar mandi tanpa gravitasi, toilet baru ini merupakan toilet vakum yang dirancang khusus. Ada dua bagian: selang dengan corong di ujungnya untuk buang air kecil dan dudukan toilet kecil yang ditinggikan untuk buang air besar.

Baca Juga : Crew Dragon SpaceX Bawa Pulang 4 Astronaut ke Bumi

Kamar mandi pun penuh dengan pegangan tangan dan pijakan, untuk buang air kecil, mereka dapat duduk atau berdiri lalu memegang corong dan selang dengan erat agar tidak ada yang keluar. Untuk buang air besar, astronaut mengangkat tutup toilet dan duduk di kursi - seperti di Bumi.

Tapi toilet ini mulai menyedot segera setelah tutupnya dibuka guna mengendalikan baunya. Untuk memastikan kesesuaian antara dudukan toilet dan pantat astronaut, dudukan toilet di sana lebih kecil dibandingkan yang ada di rumah-rumah.

Lantas kemana limbah diolah? Kencing terdiri lebih dari 90% air. Karena air itu berat dan memakan banyak tempat, lebih baik mendaur ulang kencing. Semua kencing astronaut dikumpulkan dan diubah kembali menjadi air bersih yang bisa diminum.

Baca Juga : Astronaut Bisa Jadi Kanibal di Antariksa karena Faktor Jarak Tempuh

Terkadang, kotoran astronaut dibawa kembali ke Bumi untuk dipelajari oleh para ilmuwan, tetapi sebagian besar waktu, limbah kamar mandi - termasuk kotoran - dibakar. Kotoran disedot ke dalam kantong sampah yang dimasukkan ke dalam wadah kedap udara.

Astronaut juga meletakkan kertas toilet, tisu dan sarung tangan - sarung tangan membantu menjaga semuanya tetap bersih - di dalam wadah juga. Kontainer tersebut kemudian dimuat ke dalam kapal kargo yang membawa pasokan ke stasiun luar angkasa, dan kapal ini diluncurkan ke Bumi dan terbakar di atmosfer atas Bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya