SOLOPOS.COM - Warga melintas di dekat gapura masuk Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Klaten, Sabtu (9/4/2022). Nama desa agraris itu berasal dari pohon gempol yang berdiri di atas sungai. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Gempol merupakan salah satu desa di Kecamatan Karanganom, Klaten. Suburnya tanah didukung melimpahnya air irigasi membuat desa itu menjadi salah satu desa agraris.

Nama desa itu diambil dari salah satu nama pohon yakni gempol, pohon yang mampu mencegah erosi dan bisa menjadi peneduh. Pohon itu dulu berdiri menjulang di pinggir sungai di wilayah Dukuh Gempol. “Dulu ada pohon gempol tinggi dan besar di atas [pinggir] sungai,” kata Kadus 1 Desa Gempol, Biya Santosa, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (9/4/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari penuturan para sesepuh desa setempat, pohon gempol itu menjadi pohon paling tinggi kala itu. “Di bawahnya itu ada dua sungai yakni sungai lanang [laki-laki] dan sungai wedok [perempuan]. Dulunya sungai itu untuk kegiatan cuci, mandi, dan sebagainya,” kata Biya.

Baca Juga: Asale Rumah Dinas Bupati Sragen dari Tongkat Sakti Mangkubumi

Namun, pohon itu kini hilang tak membekas. Pohon itu ambruk konon gegara diterjang angin. Biya mengaku belum pernah melihat secara langsung besarnya pohon itu. “Pohonnya sudah tidak ada. Saya sendiri belum sempat melihat langsung pohon tersebut. Kalau orang-orang seumuran kakak saya kisaran 70-an tahun mungkin masih mengingat keberadaan pohon tersebut. Tetapi sungainya tetap berfungsi sampai saat ini,” jelasnya.

Seiring perkembangan waktu permukiman di Gempol terus berkembang. Saat ini, desa itu menjadi tempat tinggal bagi 2.300-an jiwa. Mayoritas warga bermata pencaharian sebagai petani. Suburnya tanah ditambah melimpahnya air mendukung pertanian di Desa Gempol.

Sumur Tiban

Salah satu sumber air di sana bernama sumur tiban. Kisaran tahun 1997-1998, sumur tiban yang berada di Dukuh Brajan itu viral alias sangat terkenal sehingga orang-orang dari berbagai daerah berdatangan ke Gempol.

Baca Juga: Asale Rawa Pening di Semarang dan Legenda Bocah Jelmaan Naga

Biya menceritakan sumur tiban yang dimaksud bukanlah sumur yang muncul secara tiba-tiba. Sumur itu merupakan sumber air bawah tanah dibangun menggunakan anggaran bantuan dari pemerintah pusat. Bantuan diperoleh Desa Gempol setelah menjadi juara I tingkat nasional program tebu rakyat intensifikasi.

“Saat itu petani ditawari mau minta apa. Kemudian menjawab minta mesin perontok padi dan sumur. Kemudian mendapatkan bantuan pembuatan sumur bor. Ketika sumur digali dan keluar air dan ada yang tidak sengaja mandi di sana. Katanya punya penyakit bisul mandi di sana sembuh dan hilang semua. Setelah itu booming,” kata Biya.

Sumur tiban itu berada di tanah kas desa. Hingga kini, air masih terus mengalir dari sumur bor tersebut dan dimanfaatkan untuk unit usaha isi ulang air bersih. Warga Desa Gempol, Makmur, 66, membenarkan sumur tiban di desanya pernah populer pada era 1990-an. Popularitas sumur tiban mengundang warga dari berbagai daerah termasuk dari Kalimantan dan Sumatera berdatangan demi mendapatkan airnya.

Baca Juga: Kisah Mbah Rangga & Asale Gang Min Sragen Terkenal ke Luar Negeri

“Niatnya untuk mencari kesembuhan dengan air itu. Katanya kandungan mineral dari sumur itu nomor tiga atau empat di dunia. Sampai sekarang sumur masih ada dan digunakan untuk air isi ulang yang dikelola BUM desa,” kata Makmur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya