SOLOPOS.COM - Suasana Desa Kepyar, Purwantoro, Wonogiri, Selasa (16/5/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Empat kecamatan masuk zona merah peta kemiskinan di Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Di bawah pohon, Parti berjinjit. Tangan kanannya memegang bambu sepanjang 1 meter (m) dan diacungkan ke atas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebilah arit terpasang di ujung bambu terikat dengan seutas tali. Kepalanya mendongak sambil sesekali tangan kanannya melibas daun-daun dari pohon tersebut

Rumahnya tak jauh dari pohon tersebut. Rumah petak berukuran 4 meter x 7 meter dari gedek berhadapan dengan kandang yang dihuni dua ekor kambing. Di tempat itulah dia menghabiskan hari-hari tuanya seorang diri.

“Dedaunan ini untuk pakan kambing. Sebelumnya saya punya seekor sapi tapi sudah saya jual untuk biaya pengobatan suami beberapa tahun yang lalu. Dia kini sudah meninggal. Sawah juga enggak punya. Untuk kehidupan sehari-hari saya dibantu anak saya yang rumahnya tak jauh dari sini,” kata wanita lanjut usia (lansia) ini saat berbincang dengan Solopos.com di depan rumahnya, di Dusun Kepyar, Desa Kepyar Purwantoro, Wonogiri, Selasa (16/5/2017).

Parti tidak sendirian. Di desa di bawah Bukit Cumbri dan berbatasan langsung dengan Ponorogo, Jawa Timur, tersebut masih ada 246 keluarga prasejahtera atau keluarga sangat miskin dari total 1.451 keluarga.

Sedangkan 830 keluarga lainnya masuk dalam kategori sejahtera atau keluarga miskin (gakin). Sisanya, 375 keluarga, masuk kategori keluarga mampu.

Kades Kepyar, Suradi, mengatakan kondisi geografis merupakan salah satu faktor terbesar penyebab tingginya angka kemiskinan di desa tersebut. “Sekitar 70% warga di sini merantau untuk memperbaiki kualitas hidup. Kalau enggak seperti itu, mereka akan tetap menggantungkan hidup pada pertanian dan peternakan yang setiap musim kemarau selalu kekeringan,” kata dia kepada Solopos.com di ruang kerjanya.

Selain itu, Suradi menjelaskan warga Desa Kepyar ketika sakit lebih memilih berobat ke Ponorogo. Jarak tempuh ke Wonogiri Kota lebih lama dibandingkan ke Ponorogo.

“Jalannya juga berliku-liku. Sedangkan di Purwantoro hanya ada puskesmas dan beberapa klinik rawat inap. Saya rasa warga dari tiga desa yang berbatasan dengan Ponorogo yakni Desa Biting, Desa Kepyar, dan Desa Bakalan, memilih berobat ke Ponorogo,” tambah dia.

Desa Kepyar merupakan salah satu potret desa yang memiliki angka kemiskinan tinggi di Wonogiri. Kabid Statistik Bina Program dan Monitoring Evaluasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Wonogiri, Heru Utomo, berujar berdasarkan basis data terpadu (BDT), empat kecamatan di Wonogiri masuk zona merah karena memiliki angka kemiskinan yang tinggi.

Empat kecamatan tersebut yakni Kismantoro, Manyaran, Pracimantoro, dan Purwantoro. Keempat kecamatan tersebut memiliki warga dengan tingkat kesejahteraan 40% dari 14 indikator yang ada.

Terpisah, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, akan membuat gebrakan dengan mendata ulang gakin dan anggota gakin dengan berpijak dari RTLH. Hal itu ia lakukan karena jika mengandalkan data dari PDT dan BPS, masih banyak gakin yang belum merasakan program-program pengentasan kemiskinan baik dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya