SOLOPOS.COM - Habib Noval (Espos/Nadiroh)

Habib Noval (Espos/Nadiroh)

Habib Noval Bin Muhammad Alaydrus

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Santai saja ya? Itulah kalimat yang diucapkan Habib Noval Bin Muhammad Alaydrus ketika Espos menemuinya di Sekretariat Majelis Ilmu dan Zikir, Ar Raudhoh, Selasa (20/3). Di rumah berukuran besar di Jl Dewutan 112 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo itu tidak terlihat banyak perabot rumah tangga.

“Rumah ini dulu di beli untuk tempat pengajian dan sampai sekarang lebih banyak untuk mengaji,” kata pria kelahiran Solo, 27 Juli 1975.

Anak pertama pasangan Muhammad Alaydrus dengan Luluk Alhabsyi itu kemudian banyak bercerita tentang dirinya. Habib Noval merupakan alumnus SD dan SMP di Yayasan Pendidikan Islam Diponegoro Solo. Lulusan  SMAN 2 Solo itu kemudian melanjutkan ke Pesantren Darul Lughah wad Dakwah yang terletak di Desa Raci, Pasuruan, Jatim.

“Saya sebenarnya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya tidak mendapatkan izin Ibu. Beliau tidak ingin saya pergi jauh darinya. Akhirnya saya berangkat ke Pesantren Darul Lughah wad Dakwah. Pesantren tersebut diasuh oleh almarhum Ustad Hasan Baharun,” terang suami Fatimah Qonita itu.

Ayahanda Ahmad Anis dan Nur’aliyah tersebut mengatakan ibunya hanya mengizinkan dirinya belajar di pesantren tersebut selama enam bulan.  Ditambah masa percobaan satu bulan, akhirnya Habib Noval menjadi santri selama 7 bulan.

Sulung dari tiga bersaudara itu sama sekali belum mengenal kehidupan pesantren dan bahasa Arab. Habib Noval pun berusaha untuk mempelajari bahasa Arab dengan sebaik-baiknya.  Sebab, almarhum kakeknya, Habib Ahmad bin Abdurrahman Alaydrus yang tinggal di Kudus, pernah berkata, ”Jika kamu mampu menguasai bahasa Arab, maka kamu telah menguasai setengah ilmu.”

“Setiap hari saya paksakan diri saya untuk menghapalkan kurang lebih 90 kata kerja.  Di atas tempat tidur, kamus kata kerja hampir tidak pernah berpisah dengan diri saya.  Alhamdulillah, dalam waktu dua bulan saya sudah dapat bercakap-cakap dengan bahasa Arab,” jelasnya.

Sepulang dari Pesantren Darul Lughah wad Dakwah, Habib Noval kembali melanjutkan kebiasaannya semasa di Solo yaitu senang pergi ke Masjid Riyadh. Sejak kelas 2 SD dia telah akrab dengan Masjid Riyadh.  Dahulu, setiap hari, menjelang maghrib, Habib Noval biasa berjalan kaki menuju Masjid Riyadh untuk Salat Maghrib, mengikuti tadarus Alquran, pembacaan Ratib dan Salat Isya berjamaah.  Hal itu dilakukannya bertahun-tahun hingga sebelum ke pesantren.  Dia mengaku pembacaan Maulid Simtud Durar setiap malam Jumat adalah ruhnya.  Begitu kembali di Solo, Habib Noval segera mengikuti pengajian umum yang diselenggarakan Habib Anis. Setiap hari sejak 1995 hingga beliau wafat dia belajar di sana.

“Habib Anis menyebut saya sebagai muridnya. Bagi saya itu menjadi sebuah kebahagiaan,” tambahnya.

Penulis buku Mana Dalilnya itu merasakan manfaat besar dari mengikuti majelis di Masjid Riyadh. Kini, Habib Noval menjadi penceramah, penterjemah dan penulis. Semua itu tidak terlepas dari peran Habib Anis.

Habib Noval bersyukur Allah memperkenankannya menyampaikan ilmu Nabi Muhammad. Dia berdakwah dari satu masjid ke masjid yang lain, dari satu kantor ke kantor yang lain dan dari satu rumah ke rumah yang lain.

Ke depan, ada beberapa cita-cita besar yang ingin diwujudkan penulis buku Ahlul Bid’ah Hasanah 2 itu. Habib Noval ingin ada Aswaja Call Center sebagai tempat bertanya bagi masyarakat tentang berbagai persoalan. Sehingga orang tidak bingung ketika memiliki permasalahan tentang agama. Untuk mendukung itu, perlu ustad yang kompeten dan referensi. Selain itu, jika ada operator nakal supaya segera ditindak.

Keinginan Habib Noval lainnya yaitu adanya sebuah masjid di Jl Slamet Riyadi. Dia sudah menyampaikan kepada Walikota dan tokoh-tokoh sderta orang-orang yang punya uang agar ada masjid di Jl Slamet Riyadi. “Sungguh sangat disayangkan, di Solo, umat Islam adalah terbesar jumlahnya. Tapi di sepanjang jalan protokol di perkotaan tidak ada masjid. Yang ada masjid sekolahan. Masjid Agung memang sudah ada tapi aksesnya sulit dan keindahannya ditutupi banyak bangunan,” papar lelaki yang pernah menjajakan susu sapi segar dari satu tempat ke tempat lainnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya