SOLOPOS.COM - Seorang pengendara motor melintas di Jalur Lingkar Selatan (JLS), Dusun Wonoharjo, Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Kamis (25/5/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Wonogiri, debu dari ruas JLS wilayah Pracimantoro membuat warga sakit.

Solopos.com, WONOGIRI — Proyek perbaikan Jalur Lingkar Selatan (JLS) ruas Dusun Wonoharjo, Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, menimbulkan masalah kesehatan bagi warga setempat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Debu yang beterbangan dari jalan tersebut menyebabkan sejumlah warga terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gangguan pernapasan dan pencernaan. Ketua RT 001 RW 011 Wonoharjo, Sambiroto, Pracimantoro, Katimen Somowijoyo, mengatakan selama satu bulan sedikitnya lima warga harus menjalani rawat inap di RS Maguan Husada karena debu dari jalan.

Salah satu warga yang menjadi korban yakni istri Katimen, Satikem. Perempuan berusia 48 tahun itu terpaksa diopname di RS Maguan Husada selama empat hari.

“Baru balik dari rumah sakit, Senin [22/5/2017] kemarin,” kata Katimen kepada Solopos.com di rumahnya, Kamis (25/5/2017).

Menurut Katimen, istrinya sakit sejak dua bulan lalu karena banyaknya debu yang terhirup selama ini sehingga hanya bisa terbaring di tempat tidurnya dan tidak bisa bekerja seperti biasanya. Katimen harus mengeluarkan dana Rp2,3 juta untuk pengobatan istrinya.

Padahal, Katimen hanya bekerja petani dengan penghasilan tak tentu. “Sebagai ketua RT hanya mendapat Rp100.000 per bulan. Jadi, biaya pengobatan pakai uang anak pertama saya yang kerja di salah satu toko bangunan di Palur. Saya juga tidak punya kartu BPJS,” jelas pria yang sudah menjadi ketua RT selama 10 tahun itu.

Satikem menambahkan meski sudah pulang dari rumah sakit dia masih merasakan sesak napas dan sakit di bagian lambung. Dia juga harus kembali ke RS Maguan Husada pada Jumat (26/5/2017) untuk periksa. Meski di dalam rumah, setiap hari dia harus memakai masker seadanya. “Dada saya masih sakit dan padharan [perut] rasanya krucuk-krucuk,” imbuh Satikem.

Kami, warga Wonoharjo RT 001 RW 011, Sambiroto, Pracimantoro, juga sempat dirawat inap di RS Maguan Husada selama dua hari semalam, tiga pekan yang lalu. Dia batuk-batuk karena banyak debu yang terhirup.

Dia harus mengeluarkan biaya pengobatan hingga Rp1,4 juta. Suami Kami, Kasimen Kasmanto, juga sakit karena debu dari jalan. Tetapi Kasimen tidak mau diinapkan di rumah sakit.

“Saya hanya dua hari semalam karena tidak mau lama-lama di rumah sakit. Kalau suami saya, tidak mau sama sekali dibawa ke rumah sakit,” ungkap Kami.

Menurut dia, selain batuk dan sesak napas, gangguan kesehatan lainnya yaitu sakit lambung sebab debu yang terhirup ke tubuh melalui hidung atau mulut langsung mengendap di lambung. “Padahal ini bukan debu biasa, tetapi debu pasir. Warga di sini banyak yang lambungnya sakit,” jelas perempuan berusia 50 tahun itu.

Sementara Camat Pracimantoro, Warsito, menjelaskan proyek JLS sudah dikerjakan PT Hutama Karya (HK) selama dua tahun. Mengenai banyaknya warga yang mengalami gangguan kesehatan karena debu perbaikan jalan, dia masih mencari solusinya.

Namun, dia memastikan akhir Agustus 2017 perbaikan jalan tersebut sudah selesai. “Beberapa ruas di daerah lain sudah diaspal, tetapi di Pracimantoro memang agak lama. Sebenarnya sudah disiram air tetapi tetap saja berdebu. Mau bagaimana lagi karena ini proses pembangunan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya