SOLOPOS.COM - Truk melintas di proyek Jalur Lingkar Selatan (JLS) di Desa Sambiroto, Pracimantoro, Wonogiri, Kamis (20/4/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Wonogiri, warga sekitar JLS dibuat menderita dengan kondisi jalan yang berdebu.

Solopos.com, WONOGIRI — Masalah tak henti menghinggapi warga di sekitar proyek pembangunan jalur lintas selatan (JLS) Wonogiri. Setelah masalah jalan becek teratasi, kini giliran debu pekat yang beterbangan setiap ada kendaraan yang melintas di jalan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Debu itu sangat menyusahkan warga. Salah satu warga Dusun Wonoharjo RT 002/RW 005, Desa Sambiroto, Pracimantoro, Wonogiri, mengatakan debu tersebut disebabkan kendaraan roda empat yang melintas di proyek pembangunan JLS.

Setelah JLS diuruk pasir dan batu, debu yang yang ditimbulkan kendaraan yang melintas semakin pekat. “Apalagi kalau yang lewat truk bermuatan berat melaju dengan kencang. Debu yang ditimbulkan sangat pekat. Sebelum diuruk pasir dan batu, JLS sangat becek karena terus diguyur hujan. Sekarang setelah musim kemarau kemudian JLS diuruk pasir dan batu debunya bukan main,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Kamis (20/4/2017).

Dia menambahkan meski terkadang diguyur hujan pada malam hari, kepulan debu tetap timbul keesokan harinya. “Saya terpaksa menutup kios pada pukul 10.00 WIB. Karena di atas jam itu, debunya sudah sangat parah. Barang dagangan sampai tertutup debu semua. Bahkan ada satu keluarga yang sering batuk-batuk,” sambungnya.

Sementara itu, warga Dusun Wonoharjo RT 001/RW 010, Desa Sambiroto, Pracimantoro, Wonogiri, Jumali, mengatakan kendati sudah menutup pintu rumah, debu dari JLS tetap masuk ke dalam. Dia mengaku harus mengepel lantai rumahnya sampai tiga kali dalam sehari.

“Hla mau bagaimana, setelah dipel selang satu jam kemudian debu sudah menempel lagi di lantai. Apalagi lantai di teras rumah. Tebal sekali debunya. Debunya itu juga masuk ke tudung saji. Makanan saya bercampur debu semua,” ujarnya.

Jumali berujar kendati JLS sudah disiram air sebanyak satu tangki dalam sehari, debu tetap muncul selang satu jam kemudian. “Pihak kontraktor [PT Hutama Karya] sudah bersedia menyiram JLS sekali sehari dengan satu tangki air. Namun itu tidak cukup, debu tetap saja muncul,” imbuhnya.

Ditemui terpisah, Kades Sambiroto, Sukatmo, mengatakan debu yang timbul di JLS semakin parah semenjak proyek tersebut diuruk pasir dan batu. “Sekarang sudah enggak becek lagi karena sudah diuruk pasir dan batu. Namun masalah baru muncul yakni debu. Warga kami banyak yang batuk-batuk karena keseringan menghirup debu,” kata dia.

Dia berharap PT Hutama Karya menambah jumlah tangki dan frekuensi penyiraman air di JLS supaya debu yang ditimbulkan kendaraan bisa diminimalkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya