SOLOPOS.COM - Salah satu lokasi rawan kecelakaan di Jl. Lawu Karanganyar, Pertigaan Bonjot, Karanganyar, Jumat (10/3/2017). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Karanganyar, warga mengeluhkan takut menyeberang Jl. Lawu setelah dilebarkan.

Solopos.com, KARANGANYAR — Sejumlah warga dan pengguna jalan dibuat ketakutan saat hendak menyeberang Jl. Lawu, Karanganyar, setelah dilebarkan pada tahun lalu. Badan jalan jadi sangat lebar dan kendaraan melaju kencang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi itu diperparah tidak adanya median jalan sebagai tempat pemberhentian sementara saat menyeberang. Badan Jl. Lawu dari Papahan hingga Bejen dilebarkan tahun lalu dengan menyatukan jalur lambat utara.

Pengamatan Solopos.com, badan jalan yang lebar dan mulus merangsang pengguna jalan untuk memacu kencang kendaraan mereka. Tapi pengguna jalan harus ekstra hati-hati lantaran sejumlah kendaraan kerap diparkir di pinggir jalan.

Selain itu ada beberapa lokasi dinama banyak kendaraan bermanuver seperti berbalik arah dan sebagainya sehingga perlu kehati-hatian. Beberapa di antaranya di Pertigaan Bonjot, persimpangan depan Kejaksaan Negeri, dan sekitar Plasa Alun-alun Karanganyar.

Ada juga pertigaan di samping Kompleks DPRD Karanganyar dan Simpang Buk Siwaluh. Salah seorang pengguna jalan, Anisa, 16, mengaku takut setiap kali harus menyeberang Jl. Lawu lantaran badan jalannya sangat lebar.

Banyaknya pengguna jalan yang kebut-kebutan semakin membuat siswa SMA 1 Muhammadiyah Karanganyar itu khawatir. “Iya, takut. Ya kan badan jalannya lebar, dan banyak kendaraan yang melaju kencang,” tutur dia.

Anisa berharap Pemkab Karanganyar segera mengambil langkah untuk mengurangi potensi kecelakaan di Jl. Lawu. Penuturan senada disampaikan Tari, 16, remaja asal Dukuh, Kaling, Tasikmadu, Karanganyar.

Remaja berkerudung itu mengaku ada rasa waswas saat menyeberang Jl. Lawu. Dia harus menunggu cukup lama di pinggir jalan sebelum menyeberang untuk memastikan arus lalu lintas benar-benar sudah aman.

“Saya biasanya menyeberang saat berangkat dan pulang sekolah. Kondisi jalan ramai. Ada polisi yang membantu mengatur lalu lintas saat pagi. Mereka berjaga di beberapa lokasi jalan. Ini sangat membantu,” aku dia.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Perumahan dan Kawasan Permukiman Karanganyar, Sundoro, mengakui menerima banyak kritik dan masukan dari masyarakat terkait dampak negatif pelebaran Jl. Lawu. Menurut dia, itu bisa diminimalkan dengan pembatasan kecepatan kendaraan di Jl. Lawu.

Saat ini sudah ada pembatasan kecepatan kendaraan yakni 50 kilometer per jam. Tapi belum ada penegakan hukumnya.

“Nanti harus ada penegakan hukumnya bagi yang melanggar batas kecepatan. Segera kami koordinasikan dengan polisi. Kami juga akan pasang rambu lampu kuning di beberapa lokasi sebagai peringatan,” kata dia.

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, dalam beberapa kesempatans mempromosikan Jl. Lawu sebagai jalan peradaban setelah pelebaran. Menurut dia, Jl. Lawu akan menjadi salah satu ikon Bumi Intanpari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya