SOLOPOS.COM - Jalan sepanjang 8 km di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali, tak tersentuh aspal sejak 29 tahun silam. Kerusakan jalan tersebut disebut-sebut sebagai pemecah “rekor” sebagai jalan terlama dan terparah yang tak kunjung diperbaiki. Foto diambil Jumat (8/7/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Infrastruktur di Boyolali utara ini benar-benar parah. Sejak pembangunan Waduk Kedung Ombo, jalan di Kemusu ini tak tersentuh aspal 29 tahun.

Solopos.com, BOYOLALI — Jalan sepanjang 8 km di wilayah Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali, tak tersentul aspal sejak 29 tahun silam. Kerusakan jalan tersebut disebut-sebut sebagai pemecah “rekor” sebagai jalan terlama dan terparah yang tak kunjung diperbaiki.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Di antara sekian jalan yang rusak, Desa Wonoharjo inilah yang terlama. Sejak diperbaiki terakhir 1985 silam, sampai saat ini tak pernah tersentuh aspal sama sekali. Rusaknya sudah minta ampun,” ujar Wanto, Bayan Wonoharjo, Kemusu, saat ditemui Solopos.com di desa setempar, Jumat (8/7/2016).

Wanto mengaku sudah tak terhitung berapa kali desa menyampaikan masalah kerusakan jalan itu ke Pemkab Boyolali. Namun, kata dia, hingga kepala daerah dan gubernur silih berganti, tak ada satu pun yang menanggapinya. “Padahal, jalan ini satu-satunya akses warga ke daerah lain. Ini seperti daerah terpencil yang tak diperhatikan pemerintah sama sekali,” paparnya.

Ia mengatakan, sejak proyek pembangunan WKO dimulai, sebagian besar warganya menjadi korban. Mereka ada yang direlokasi ke Sragen, Pati, dan sejumlah wilayah di Boyolali dengan kompensasi yang tak manusiawi. Kini, katanya, setelah proyek WKO kelar, nasib warga Wonoharjo tak kunjung membaik.

Mereka justru mendapatkan kado pahit berupa peninggalan akses jalan yang hancur akibat proyek WKO. “Sejak proyek WKO dijalankan sampai selesai dan sampai sekarang, jalan ini tak ada yang peduli. Akibatnya, perekonomian warga mati,” paparnya.

Perangkat Desa Wonoharjo lainnya, Pujiyanto, menambahkan selama ini warga hanya bisa menguruk jalan rusak dengan tanah semampunya. Pengurukan hanya dilakukan di jalan yang longsor, ambles, atau ada kubangan cukup besar. “Kalau enggak diuruk tanah, kendaraan enggak bisa lewat. Jadi warga secara swadaya yang memperbaiki,” paparnya.

Iktikad baik warga menguruk jalan itu, kata dia, lantaran satu-satunya akses menuju Waduk Kedung Ombo (WKO) juga hanya jalan tersebut. Jika tak diperbaiki, tak ada jalan lain lagi. “Kendaraan roda empat tak ada yang berani melewati jalan ini, kecuali yang nekat. Karena memang sudah sangat parah,” paparnya.

Manajer Urusan Komunikasi WKO dari Kesatuan Pemangku Hutan (KPH), Lastri, membenarkan bahwa kerusakan jalan di Wonoharjo yang berada di wilayah KPH sudah terjadi hampir 30 tahun. Menurutnya, pihak yang mesti bertangggung jawab membetulkan jalan ialah pelaksana proyek WKO saat itu.

“Karena jalan ini dulu statusnya dipinjam pelaksana proyek dari Kementerian PU saat itu untuk pembangunan waduk. Tapi setelah itu, jalan rusak tak kunjung dikembalikan seperti semula hingga sekarang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya