SOLOPOS.COM - Meski jembatan kondisinya rusak, warga tetap nekat melintasi Jembatan Nambangan di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Senin (9/1/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Infrastruktur Bantul berupa jembatan nambangan berbahaya dilintasi

Harianjogaj.com, BANTUL — Pemerintah menutup akses lalu lintas di Jembatan Nambangan yang menghubungkan dua desa di Kecamatan Pundong, Bantul karena konstruksi bangunan dinyatakan berbahaya. Namun ratusan warga setiap hari masih nekad melintasi jembatan yang menjadi jalur strategis di wilayah tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga : INFRASTRUKTUR BANTUL : Penanganan Jembatan Nambangan Dipastikan Tertunda

Pemerintah daerah dan desa sejak dua hari terakhir menutup akses lalu lintas di Jembatan Nambangan yang menghubungkan Dusun Nangsri, Srihardono dengan Dusun Nambangan, Seloharjo Kecamatan Pundong. Jembatan sepanjang sekitar 100 meter dengan lebar satu meter ini membentang di atas Sungai Oya.

Ekspedisi Mudik 2024

Penutupan dilakukan setelah otoritas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak dan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) DIY melakukan pengecekkan konstruksi bangunan jembatan sepekan lalu. Hasil pengecekkan itu menyatakan, jembatan yang sebagian berupa bangunan beton dan sebagian lagi jembatan gantung itu tidak layak dilintasi karena kondisi bangunannya telah rusak dan rawan roboh.

Secara kasat mata, tiang penyangga jembatan gantung telah melengkung. Tidak hanya itu, papan perlintasan jembatan juga sudah bergeser alias tidak lagi rapat karena tertarik oleh tiang jembatan gantung yang sudah melengkung. Sedangkan bangunan jembatan di bagian atas sudah miring ke kiri.

Namun demikian, bahaya yang mengancam keselamatan jiwa tersebut tak dihiraukan warga. Setiap hari ratusan warga dari dua desa bahkan dari Kabupaten Gunungkidul memilih melintasi jembatan yang sudah oleng saat dilewati itu. Mereka menyingkirkan perangkat spanduk yang digunakan pemerintah untuk menutup mulut jembatan.

“Apalagi kalau hari pasaran, ramai sekali yang lewat sini. Karena warga datang dari Seloharjo mau ke pasar di Srihardono lewat sini. Anak-anak sekolah juga begitu,” ungkap Jumiyem warga setempat ditemui, Jumat (18/8/2017) di Jembatan Nambangan.

Tak hanya sepeda kayuh membawa beban berat, sepeda motor kadang nekad melintasi jembatan. Warga kata Jumiyem nekad melintasi jembatan karena bila melalui jalan alternatif lain, jarak perjalanan yang mereka tempuh semakin jauh.

“Kalau enggak lewat jembatan sini, bisa memutar sampai empat kilometer. Enggak apa-apa berani saja lewat sini daripada jauh,” ungkap Jilam salah satu warga yang melintas membawa pakan ternak menggunakan sepeda kayuh.

Kepala Desa Seloharjo Pundong Badrun Marhadi mengatakan, penutupan Jembatan Nambangan menimbulkan dilema.

“Di satu sisi keselamatan warga terancam, di satu sisi kalau ditutup justru berpotensi konflik dengan warga. Padahal baru seminggu lalu tim teknis mengecek kondisi jembatan ini sudah tidak layak dilintasi,” jelas Badrun.

Ia menceritakan, Jembatan Nambangan sebelum 2010 seluruhnya berupa bangunan beton. Namun, erupsi Gunung Merapi 2010 yang membawa banjir lahar hujan membuat tiang jembatan hancur diterjang arus Sungai Oya. Pemerintah lalu membangun jembatan gantung namun tidak seluruhnya. Alhasil sebagian jembatan masih menggunakan konstruksi lama (beton) sebagian lagi jembatan gantung. Namun sejak tiga tahun lalu, jembatan gantung itu mulai rusak.

Puncaknya seminggu lalu setelah dilakukan pengecekkan kondisi konstruksi bangunan oleh pemerintah, kerusakan jembatan ditemukan semakin parah. “Semoga nanti kalau dibangun lagi, pemerintah bisa bangun jembatan ini lebih besar, dilebarkan lagi jalannya,” kata Badrun Marhadi.

Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih yang meninjai lokasi jembatan pada Jumat mengatakan, aset jembatan itu merupakan wewenang BBWS Serayu Opak. “Peran kami meminta Pemerintah Pusat melalui BBWS Serayu Opak agar secepatnya membangun kembali jembatan ini. Sementara warga kami minta untuk tidak melintasi jembatan ini karena berbahaya,” tegas Abdul Halim  Muslih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya