SOLOPOS.COM - Kendaraan terjebak macet di ruas tol Pejagan-Brebes Timur Jawa Tengah, Minggu (3/7/2016) pagi. Banyaknya pemudik yang menggunakan jalur ini membuat kemacetan parah sepanjang pintu tol Brebes Timur. (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis Indonesia)

Info mudik 2016 diwarnai kemacetan di Brebes timur biasa disebut Brexit.

Solopos.com, TEGAL — Kemacetan yang terjadi di jalan tol Brebes Timur biasa disebut Brebes Exit (Brexit) saat arus mudik Lebaran 2016 membawa kisah berbeda bagi warga Tegal terutama mereka yang tinggal di jalan lingkar utara (Jalingkut).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kemacetan di jalan tol Brebes yang terjadi selama puluhan jam pada H-2 Lebaran hingga malam Takbiran yakni pada Selasa (5/7/2016) malam berimbas ke Tegal. Jalanan kota Tegal ikut macet, terutama di kawasan jalingkut.

Mobil-mobil arus mudik dari Jakarta mandek berjam-jam di kawasan jalingkut Tegal itu. Bagi pemudik yang terjebak macet kondisi tersebut menjadi “penderitaan” perjalanan mudik, namun bagi warga di jalingkut hal itu membawa peluang usaha.

Warga di kawasan jalingkut memanfaatkan kemacetan dengan menawarkan dagangan hingga jasa toilet bagi pemudik. Salah satunya, seperti yang dilakukan Kuriyah, 40, warga jalingkut Tegalsari, Tegal. Rumah Kuriyah berada persis menghadap jalingkut.

“Saat H-2 itu macet total, benar-benar jalingkut ini penuh. Mobil pada mandeg greg selama berjam-jam. Pemudik banyak yang keluar dari mobil,” ujarnya kepada Solopos.com, Kamis(7/7/2016).

Saat itu, ujarnya, banyak warga jalingkut terutama pedagang yang langsung membuka lapak tenda di jalingkut. Mereka menjual aneka makanan dari mulai aneka masakan Lamongan hingga air mineral. “Saya ikutnya telat, saat H-3 [Minggu, 3/7] itu warga dari luar Tegalsari pada datang buka lapak meminta izin ke warga sini yang halamannya mau dipake buka lapak. Saya perhatian satu hari jualan kok rame banget, akhirnya saya ikutan buka pada H-2,” katanya.

Baru H-2 Kuriyah ikut memanfaatkan kemacten. Bermodal Rp300.000, dia menjual mi instans ditambah bakso, air mineral, es teh. Tak hanya itu, dua unit toilet di rumahnya dimanfaatkan juga. Termasuk halaman luas yang digunakan untuk parkir mobil, dan ruang tengah yang dia manfaatkan untuk pemudik yang menginginkan tiduran.

“Mi instan tambah bakso saya jual Rp10.000. Parkir mobil, istrirahat di teras dan ruang tengah saya juga sediakan.Cuma gelar tikar aja banyak pemudik yang memanfaatkannya,” lanjutnya.

Dari jasa parkir mobil dan toilet, wanita tiga putra ini meraup sekitar Rp1 jutaan. Itu belum termasuk jasa ngecharge handphone. “Kalau ditotal termasuk jualan ya Rp3 juta lebih sedikit selama dua hari itu. Alhamdulillah, ini rezeki yang tak terduga,” katanya.

Tak hanya Kuriyah saja, pengamatan Solopos.com, rumah-rumah yang berhadapan dengan jalingkut di Tegal tak hanya berjualan namun menawarkan jasa toilet, charge baterai HP, hingga teras-teras rumah mereka disediakan untuk beristirahat bagi pemudik.

Komar, warga jalingkut Tegalsari lainnya memanfaatkan kemacetan dengan menjual bensin eceran. “Saya jual 5 liter bensin ini Rp80.000. Sungguh tak terduga, karena banyak pemudik yang kehabisan bensin,” jelasnya.

Kemacetan Brexit, selain menyebabkan kemacetan jalanan di Kota Tegal, juga menyebabkan harga bensin eceran melambung. Rata-rata bensin eceran dijual Rp15.000 hingg Rp35.000 per liter, padahal biasanya berkisar Rp8.000 per liter. Tak hanya itu, antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) juga mengular. “Waktu dagangan bensin eceran saya habis, saya kulak lagi di SPBU. Lah kulakan ini antre dari jam 7 malam, sampai jam 12 malam,” ujarnya.

Bagi Komar dan Kuriyah, baru tahun ini meraup untung Lebaran. “Kira-kira arus balik nanti macet lagi gak ya,” tanya Kuriyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya