SOLOPOS.COM - ilustrasi laju inflasi (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, JAKARTA — Responden Survei Penjualan Eceran oleh Bank Indonesia meyakini akan terjadi penurunan laju inflasi pada Januari 2023. Namun, tetap terdapat kekhawatiran kenaikan setelahnya.

Berdasarkan survei tersebut, Indeks ekspektasi penjualan (IEP) Januari 2023 tercatat ada di 150,6. Angkanya lebih rendah dari IEP November 2022 di 152,0, yang menunjukkan adanya keyakinan penurunan penjualan eceran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Responden meyakini bahwa penurunan penjualan eceran akan turun menurunkan tekanan inflasi. Sepanjang tahun berjalan, laju inflasi terus mengalami kenaikan, seiring tingginya harga komoditas dan energi, serta dampak tekanan ekonomi global.

Meskipun begitu, IEP April 2023 tercatat ada di 146,9, atau naik dari bulan sebelumnya di 144,0. Menurut BI, hal tersebut menunjukkan adanya keyakinan responden bahwa inflasi akan kembali meningkat.

“Dari sisi harga, responden memperkirakan bahwa tekanan inflasi pada Januari 2023 menurun dan April 2023 sedikit meningkat, sejalan dengan perkiraan penjualannya,” dikutip dari laporan BI pada Jumat (9/12/2022).

Baca Juga: Siap-Siap, Kegiatan Usaha Bank Emas Tanpa Izin OJK Bisa Terancam Pidana

Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Januari 2023 tercatat di 138,0, turun dari 146,0 pada Desember 2022. Adapun IEH April 2023 tercatat di 140,8, sedikit meningkat dari 140,7 pada bulan sebelumnya.

Peningkatan IEH itu didorong oleh kenaikan harga saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.

“Peningkatan pada IEP 2023 diprakirakan didorong HBKN idulfitri sehingga diprakirakan akan meningkatkan permintaan, di tengah keadaan cuaca/musim yang mendukung, kelancaran distribusi barang, dan program promosi yang dilakukan responden,” dikutip dari laporan BI.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Bergerak Menguat, Cek Saham-Saham Ini

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Desember 2022 mencapai 0,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (9/12/2022), menyebutkan perkiraan tersebut berasal dari Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu kedua Desember 2022.

Komoditas utama penyumbang inflasi Desember 2022 sampai dengan minggu kedua yaitu telur ayam ras sebesar 0,07 persen (mtm), serta beras, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm).

Di samping itu, daging ayam ras, minyak goreng dan rokok kretek filter masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen persen (mtm), serta cabai rawit, kangkung, bensin, dan tarif air minum PAM masing-masing menyumbang pada inflasi sebesar 0,01 persen (mtm).

Baca Juga: Kepanjangan BPR Diubah Jadi Bank Perekonomian Rakyat, Ini Kata Sri Mulyani

Sementara itu, terdapat sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah dan bawang merah dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) dalam Rencana Anggaran Tahunan BI (RATBI) menargetkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2023 menurun ke level 3,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Selain mengendalikan inflasi, pada tahun depan BI juga akan terus mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih stabil, bahkan lebih menguat ke level Rp15.070 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya