SOLOPOS.COM - Petugas penggali kubur memakai baju hazmat dan alat pelindung diri (APD) mengusung peti jenazah saat prosesi pemakaman secara protokol kesehatan (prokes) Covid-19 di TPU Purwoloyo, Jebres, Solo, Rabu (7/7/2021). Menurut petugas, pemakaman warga secara prokes Covid-19 sejak 1-7 Juli 2021 sudah sebanyak 25 jenazah. Data tersebut diprediksi naik jika dibandingkan dengan Juni 2021 yang hanya memakamkan 35 jenazah secara prokes Covid-19. (Nicolous Irawan)

Solopos.com, JAKARTA — Bank Dunia menurunkan peringkat Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income) karena belum tertangani lonjakan pandemi Covid-19 sampai saat ini. Bersamaan dengan itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Kamis (8/7/2021).

Rupiah tertekan digdaya dolar AS setelah pertemuan The Fed. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,29% atau 42,5 poin ke level Rp14.525 per dolar AS. Walaupun, sempat melemah 65 poin dari penutupan sebelumnya di level Rp14.482.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di rentang Rp14.495-Rp14.548,5. Secara tahunan nilai tukar rupiah melemah 3,38% terhadap dolar AS. Adapun, indeks dolar AS dibuka menguat pada hari ini ke level 92,713. Hingga pukul 15.34 WIB, indeks dolar menempati angka 92,593 atau melemah 0,05 persen dari penutupan sebelumnya 92,645.

Baca Juga: Tak Mau Dikalahkan Tiktok, Instagram Kini Bukan Hanya Berbagi Foto

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengingatkan Indonesia baru saja dicap sebagai negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income) oleh Bank Dunia. Hal itu dipicu belum tertangani lonjakan pandemi Covid-19 di Indonesia hingga kini.

“Tercatat bahwa Gross National Income [GNI] atau pendapatan nasional bruto Indonesia saat ini sebesar US$ 3.979 per kapita. Artinya Indonesia turun satu kasta setelah 2019 lalu Indonesia berperingkat sebagai negara berpendapatan menengah ke atas [upper middle income],” urainya, Kamis (8/7/2021).

Pandemi Covid-19 pada 2020 telah membuat perekonomian Indonesia luluh lantak. Ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan 2,07 persen dibandingkan tahun 2019. Realisasi tersebut merupakan kontraksi yang terparah sejak 1998.

Pemerintah Optimistis Pulih

Kendati demikian, pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali menjadi negara berpendapatan kelas menengah ke atas, apabila pandemi Covid-19 sudah berakhir. “Ini perlu kerja sama antarlembaga, baik pemerintah maupun masyarakat guna untuk menghentikan lonjakan kasus Covid-19 serta dibarengi dengan vaksinasi massal,” paparnya.

Secara bersamaan, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa (cadev) per akhir Juni 2021 sebesar US$ 137,1 miliar, naik US$ 700 juta dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.510-Rp14.600,” ujarnya.

Baca Juga: Tangkal Varian Delta, Pakar di India Sarankan Vaksinasi Covid-19 Anak

Dari eksternal, dolar diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam tiga bulan versus mata uang utama pada Kamis ini setelah risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve Juni mengkonfirmasi bank sentral terbesar dunia itu bergerak menuju pengurangan pembelian asetnya segera setelah tahun ini.

“Pejabat Fed mengatakan kemajuan substansial lebih lanjut pada pemulihan ekonomi umumnya dipandang belum terpenuhi, meskipun para peserta memperkirakan kemajuan akan berlanjut dan setuju bahwa mereka harus siap untuk bertindak jika inflasi atau risiko lain terwujud, menurut risalah Federal Open,” ungkapnya.

Sentimen investor di Jerman, ekonomi terbesar zona euro, turun tajam pada Juli, meskipun tetap pada tingkat yang sangat tinggi, lembaga penelitian ekonomi ZEW melaporkan. Kemudian Kamis, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan mengadakan konferensi pers setelah otoritas moneter mengumumkan hasil tinjauan strategi 18 bulan, yang kemungkinan akan mencakup pergeseran target inflasi menjadi 2%.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya