SOLOPOS.COM - Menpora Zainudin Amali. (Kemenpora)

Solopos.com, SOLO – Indonesia terancam sanksi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA) karena dianggap tidak patuh terhadap ketentuan anti-doping. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, pun memberikan penjelasan.

Selain Indonesia, ada Korea Utara dan Thailand yang juga dianggap tidak patuh terhadap WADA. Korea Utara dan Indonesia tidak patuh karena tidak menerapkan program pengujian yang efektif. Sementara Thailand gagal untuk sepenuhnya menerapkan kode atau standar prosedur antidoping yang ditetapkan WADA.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibatnya, ketiga negara itu terancam hukuman berat mulai dari tak bisa menjadi tuan rumah event internasional hingga tak bisa mengibarkan bendera nasional di ajang internasional.

Baca Juga: Indonesia Kena Sanksi Badan Anti-Doping Dunia, Begini Kronologinya

“Memang benar kita mendapatkan surat dari WADA itu tentang dianggap ketidakpatuhan,” kata Menpora seperti dikutip dari kemenpora.go.id, Sabtu (9/10/2021).

Menpora menjelaskan WADA telah memberikan surat teguran pada September 2021 lalu. Namun, respons yang diberikan Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) dianggap belum memadai. Sehingga WADA kembali mengeluarkan surat teguran pada Kamis (7/10/2021) kemarin.

Amali menyebut permasalahan masalah itu terkait LADI yang tak mampu mengirimkan jumlah sampel sesuai dengan TDP (Test Doping Planning). Hal itu lantraan olahraga terhenti akibat adanya pandemi Covid-19 pada Maret 2020.

“Ini yang menyebabkan berkurangnya jumlah sampel yang dikirim ke Lab anti-doping di Qatar. Sedangkan untuk tahun 2021 masih akan diharapkan dari sample yang diambil saat PON XX Papua,” terangnya.

“Ini lebih pada pengiriman sampel. Karena pengiriman sampel kita memang merencanakan akan memberikan sample pada tahun 2020,” tambahnya.

Tak Ada Kegiatan Olahraga

Zainudin Amali mengatakan kegiatan olahraga terhenti total sejak adanya pandemi Covid-19. Oleh karena itu, tidak ada kegiatan olahraga yang bisa dijadikan sebagai sampel untuk anti doping.

Di sisi lain, sampel waktu itu direncanakan sesuai name para atlet. Padahal, sejumlah atlet yang direncanakan untuk diambil sampel urine sudah mengikuti event olahraga di luar negeri, baik itu untuk kualifikasi olimpiade maupun kejuaraan single event.

“Sehingga itu menyulitkan [pengambilan sample]. Sementara di dalam negeri juga tidak ada pertandingan-pertandingan itu,” jelasnya.

Baca Juga: Indonesia Terancam Sanksi, Bagaimana Nasib 3 Turnamen Bulu Tangkis Ini?

Namun demikian, Menpora Amali mengaku tidak khawatir karena karena target sampel bisa dipenuhi pada penyelenggraan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang saat ini sedang berlangsung di Papua.

“Nah itu dalam surat kami yang sudah dikirim tadi itu sudah dijelaskan PON masih berlangsung. Artinya dari PON ini kita bisa banyak sampel dan apa yang sudah direncanakan itu, insya Allah akan terpenuhi,” harap Menpora Amali.

“Jadi lebih ini lebih kepada TDP [Tes Doping Plan] kita. Jadi karena kejadian Covid -19, sehingga tidak bisa kita lakukan sesuai dengan apa yang sudah kita kirimkan [rencanakan],” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya