SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertambangan minyak (Reuters-Ernest Scheyde)

Solopos.com, JAKARTA — Potensi logam tanah jarang di Indonesia terbilang menjanjikan jika melihat potensi yang masih tersimpan dan belum tereksplorasi. Cadangan yang jenis logam yang paling langka di dunia itu pun tersebar setidaknya di 3 pulau besar di Tanah Air.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, berdasarkan hasil penyelidiikan sepanjang periode 2009-2020, setidaknya terdapat 4 wilayah yang dinyatakan menyimpan potensi logam tanah jarang dalam jumlah besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono menjelaskan logam tanah jarang terdiri atas 17 unsur yaitu 15 unsur dari grup lantanida ditambah Y (Yttrium) dan Sc (Scandium), semuanya memiliki kesamaan sifat kimia, sehingga keberadaannya biasanya didapat secara bersama dalam suatu mineral pembawa logam tanah jarang.

Di Indonesia, kata Eko, mineral pembawa logam tanah jarang yang sudah terkonfirmasi di antaranya adalah monasit dan xenotim dari pertambangan timah. Logam tanah jarang dari pertambangan bauksit biasanya mengandung logam Yttrium (Y) sedangkan dari pertambangan nikel didapat kandungan logam Sc (Scandium).

Baca Juga: Investasi Emas Tetap Kompetitif di 2022? Ini Kata Analis

“Sumber potensi logam tanah jarang yang telah diidentifikasi dari pertambangan timah, tambang bauksit, dan tambang nikel,” ujar Eko kepada Bisnis, Rabu (26/1/2022).

Dia menjelaskan, keterdapatan dan potensi logam tanah jarang di Indonesia dijumpai di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dengan berbagai jenis endapan. Di Sumatera diperkirakan memiliki sumber daya mendekati 20.000 ton berupa endapan laterit, yaitu di Sumatera Utara (Tapanuli Utara), sedangkan di bagian Sumatera lainnya ditemukan berupa lokasi-lokasi indikasi.

Sementara itu di Bangka Belitung kandungan logam tanah jarang dijumpai bersama dengan endapan timah dan memiliki sumber daya logam tanah jarang dalam bentuk mineral monasit lebih dari 186.000 ton, dan berupa xenotim lebih dari 20.000 ton dalam endapan alluvial timah.

Selain itu, Kalimantan Barat memiliki potensi logam tanah jarang tipe laterit sebesar 219 ton, sedangkan di Sulawesi Tengah sumber daya logam tanah jarang jenis laterit sekitar 443 ton.

Baca Juga: Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo Dukung Pengembangan Mobil Listrik

“Saat ini belum tersedia data cadangan, baru sebatas sumber daya hipotetik dan tereka,” ungkapnya.

Dia menuturkan, tren permintaan logam tanah jarang didominasi oleh magnet permanen dan katalis dengan jumlah lebih dari 60 persen dari total konsumsi global. Namun secara nilai nominal, magnet permanen berkontribusi lebih dari 90 persen dari keseluruhan nilai logam tanah jarang dunia.

Dengan demikian, unsur logam tanah jarang yang banyak diproduksi dunia adalah terkait dengan magnet permanen dan katalis yaitu cerium, lantanum, dan neodimium.

“Selain itu karena jenis mineral yang banyak diolah adalah basnasit dan monasit yang mengandung unsur erium, lantanum, dan neodimium paling dominan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya