SOLOPOS.COM - Foto dari atas kondisi kawasan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. (Bisnis.com)

Solopos.com, SOLO–Indonesia ternyata menyimpan sumber daya alam yang sangat melimpah, terutama sektor pertambangan. Salah satunya logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (RRE).

Komoditas ini menjadi harta karun terbesar di Indonesia karena menjadi komoditas super langka di dunia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dinamakan Logam tanah jarang ini karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya, LTJ ini melimpah, melebihi unsur lain dalam kerak bumi.

Namun, sumber daya logam tanah jarang ini banyak dicari oleh banyak pihak.

Baca Juga: Rela Lahan untuk Tambang, 233 Warga Desa Wadas Terima Ganti Rugi

Dari penelusuran Solopos.com, Kamis (5/5/2022), LTJ merupakan harta karun yang memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi modern saat ini, antara lain sebagai bahan baku untuk baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/ Angin (PLTB). Lalu, bisa juga untuk bahan baku industri pertahanan hingga kendaraan listrik.

Dari buku Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk critical mineral yang merupakan kumpulan dari 17 unsur kimia.

Ke-17 unsur kimia tersebut antara lain scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Baca Juga: Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo dan HAM di Food Estate

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.

Dari berbagai sumber disebutkan China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.

Selain China, LTJ ada di Amerika Serikat, tepatnya Mountain Pass AS, lalu Olympic Dam di Australia Selatan di mana 1980-an ditemukan cebakan raksasa yang mengandung sejumlah besar unsur-unsur tanah jarang dan uranium. Selain itu, tersebar juga di Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan dan Amerika Latin.

Baca Juga: Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo Dukung Pengembangan Mobil Listrik

Mengutip Booklet Tanah Jarang 2020 yang dirilis Kementerian ESDM, logam tanah jarang ini biasa digunakan pada industri strategis seperti kilang minyak, super konduktor, dan lainnya. Tak hanya itu, ini juga penting untuk kendaraan listrik dan peralatan militer.

Amerika pun sedang mendorong pengembangan LTJ dari daur ulang lampu neon tua. Adapun konsumen terbesar LTJ di dunia yaitu China dengan mengonsumsi 61% LTJ dunia.

Sedangkan potensi LTJ di Indonesia terdapat di sejumlah daerah, yakni Provinsi Sumatra Utara sebanyak 19.917 ton, Provinsi Bangka Belitung, dengan jumlah LTJ berupa monasit sebanyak 186.663 ton, lalu senotim sebanyak 20.734 ton. Adapun di Kalimantan Barat terdapat sebanyak LTJ Laterit 219 ton dan Sulawesi Tengah LTJ Laterit 443 ton.

Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan saat ini tahapan eksplorasi LTJ di Indonesia masih terbatas, sehingga dari potensi yang ada, baru mendapat indikasi LTJ di 7 lokasi.

“Kemudian kita tahu keterdapatannya 9 lokasi dan sudah terpetakan sumber daya 8 lokasi. 8 lokasi ini pun baru dilakukan eksplorasi awal, sehingga secara umum kita masih terbatas,” ujar Ridwan dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Senin (11/4/2022).

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier membeberkan bahwa LTJ mempunyai posisi yang cukup strategis saat ini. Mengingat logam langka ini mempunyai peran besar dalam memenuhi kebutuhan teknologi industri.

Baca Juga: Wow! Logam Lumpur Lapindo Cocok untuk Pesawat Luar Angkasa

Dia menjelaskan bahwa magnet yang ada di logam tanah jarang (LTJ) mempunyai peran penting dalam pengembangan green tecnology dan lainnya. Bahkan untuk proses pembuatan Pesawat F 35 misalnya, kebutuhan LTJ yang diperlukan mencapai 417 Kg.

“Untuk pertahanan Pesawat F 35 membutuhkan LTJ 417 kg, jadi seperti magnet-magnetnya. Nah itu masih dikuasai oleh China 62% produksinya memang faktanya cadangannya banyak di sana. Tidak mudah teknologinya kita dapatkan,” ujar Taufiek dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Senin (11/4/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya