SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, JAKARTA — Wacana Indonesia impor beras menjadi perdebatan sejumlah kalangan. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memastikan tidak akan mengimpor beras saat panen raya.

Dia menyebutkan impor beras hanya dilakukan jika cadangan beras pemerintah (CBP) tidak mencukupi. Impor adalah bagian upaya pemerintah untuk menjaga CBP tetap 1 juta ton. Hal itu untuk memastikan harga beras di pasar stabil.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya jamin tidak ada impor saat panen raya. [Sampai] hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani karena memang belum ada yang impor,” kata Lutfi saat konferensi pers, Jumat (19/3/2021), seperti dikutip Bisnis.com.

Baca juga: Kesaksian Sopir Truk Terlibat Laka Dengan Motor Tewaskan 2 Orang di Boyolali: Saya Apes…

Disinggung mengenai tren penurunan harga gabah dan beras di tingkat petani Indonesia saat ini bukan terjadi akibat impor beras. Harga gabah turun karena kadar air pada gabah yang cenderung tinggi akibat musim hujan.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya menyebut curah hujan yang tinggi pada kuartal I di sentra produksi mengakibatkan kualitas gabah kering panen (GKP) mengalami penurunan.

Rata-rata kadar air cenderung naik dari 17,56 persen pada Januari 2021 menjadi 19,17 persen pada Februari 2021. Hal ini mengakibatkan harga rata-rata GKP turun 3,31 persen secara bulanan menjadi Rp4.758 per kilogram. Jadi, penurunan harga di kalangan petani Indonesia ini bukan karena impor beras.

Baca juga: Tarif Pemeriksaan GeNose di Stasiun Naik, Lokasi Layanan Bertambah

Perum Bulog

“Yang kejadian sekarang adalah hujan, basah, gabah petani tak bisa dibeli. Kalau tidak bisa dibeli akan digiling secara langsung, tetapi gabahnya akan rusak dan terpaksa petani jual banting harga,” jelasnya.

Di sisi lain, Perum Bulog selalu operator yang menyerap beras petani dan memastikan kesediaan CBP, terikat sejumlah syarat dan kriteria yang diatur peraturan pemerintah.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 24/2020 menjelaskan soal kriteria tersebut. Untuk CBP, Perum Bulog hanya bisa membeli GKP dengan kadar air maksimal 25 persen dengan harga Rp4.200 per kilogram di tingkat petani.

Baca juga: Waduh! Orang RI Makin Jarang Gosok Gigi Selama Pandemi Covid-19

“Yang terjadi sekarang, hujan tidak berhenti-henti dan gabah petani itu basah. Secara peraturan Bulog tidak bisa menyerap gabah tersebut. Ini ada aturannya. Saat kekeringannya [gabah] sekian persen Bulog beli dengan harga Rp4.200 per kilogram,” kata dia.

Lutfi kembali menegaskan Indonesia tak akan impor beras jika Bulog memiliki stok sebanyak 1-1,5 juta ton. Namun, jika stok kurang, Perum Bulog bisa melakukan pengadaan beras baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Jika stok bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, impor beras tidak diperlukan. “Seperti tahun 2019 kita tidak impor, 2020 juga tidak impor. Jadi ini mekanisme yang dinamis sekali,” kata Lutfi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya