Solopos.com, SOLO – “Nung, kangen ku sama kamu itu kayak bis Sumber Kencono hlo,” kata Gepeng. “Kok bisa?” jawab Nunung. “Makin malam makin ugal-ugalan,” sambung Gepeng. Guyonan khas Srimulat yang terkesan sederhana itu selalu mengundang gelak tawa dan seolah tak lekang oleh zaman. Guyonan ala fisik, menindas kelompok lemah, dan memakai kata-kata vulgar sekaligus pedas adalah hal yang lazim di era 1980-an. Tetapi, pada kenyataannya lawakan yang dipopulerkan Srimulat itu memiliki aliran berbeda, cerdas, tegas, dan sedikit sarkas itu masih laku sampai sekarang.
Humor slapstick memang sangat popular pada periode 1980-an dan grup lawaknya pun sukses menjadi legenda. Begitu pula dengan para pemainnya yang menjadi komedian ternama di berbagai tempat, salah satunya di Indonesia. Tetapi, grup lawak Srimulat yang digawangi seniman lokal dari Solo, Jawa Tengah, tampil dengan cara berbeda yang lebih elegan hingga sukses bersaing masuk ke panggung hiburan papan atas di Indonesia.