SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Logo PolriSolopos.com, JAKARTA — Permintaan maaf Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) kepada publik saat dinobatkan sebagai lembaga terkorup atas hasil survei Global Corruption Barometer (GCB) 2013 oleh Transparency International Indonesia (TII), Rabu (10/7/2013), ternyata tak tulus.

Sehari setelah meminta maaf itu, Kamis (11/7/2013), Mabes Polri mempertanyatakan kesahihan responden dalam survei itu. Perubahan sikap itu ditunjukkan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny F. Sompie yang mengatakan responden yang berjumlah hanya 1.000 orang itu semuanya hanya berada di perkotaan, tanpa melingkupi desa.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Kepolisian, lanjutnya, berada di kota dan di desa, dan justru sebagian besar ada di desa, mulai dari Mabes Polri sampai Polsek. “Anggota Polri sekitar 400.000 orang, apakah 1.000 orang responden ini pernah bertemu dengan 400.000 polisi itu?,” ungkapnya.

Ronny menegaskan pihaknya perlu mengklarifikasi pelaksanaan survei yang merepresentasi hasil survei itu, meskipun telah berbesar hati dan terbuka atas koreksi, pengawasan, dan teguran yang dilakukan oleh lembaga survei tersebut. Korps Bayangkara itu menuntut agar lembaga survei memberikan rekomendasi yang tajam.

“Apakah survei ini ingin perbaiki atau menjelekkan Polri? Kalau memperbaiki, harus tajam dan solutif, bukan memamerkan kejelekan Polri. Representasinya itu bukan mewakili orang Indonesia. Kalau survei itu dibantu orang yang bertemu Polri, pasti hasilnya juga berbeda,” paparnya.

Bahkan, menurutnya, Polri kini tengah semakin baik dalam membangun institusinya. Hal ini ditunjukkan dengan sikap Polri yang hampir setiapl tahun memecat rata-rata sebanyak 300 anggota Polri yang terbukti melanggar dan bersalah.

Pada 2008, lanjut Ronny, tercatat angka cukup tinggi sebanyak 500 anggota Polri yang dipecat. “Ini menunjukkan Polri serius dan berubah memperbaiki diri. Kalau survei ini dilihat, simpul-simpul penyimpangan yang diperoleh hasil penelitan tersebut akan dipertanyakan,” katanya.

Sebelumnya, GCB terkumpul melalui survei pada 114.000 orang di 107 negara. Khusus untuk di Indonesia, ada 1.000 responden yang disurvei di lima kota yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung.

Dalam survei itu, Kepolisian juga menjadi lembaga paling tinggi indikasi terkorup yaitu 4,5% disusul DPR dengan persentase yang sama. Di urutan ketiga terkorup adalah peradilan sebesar 4,4% dan partai politik di 4,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya