SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyelundupan BBM (JIBI/Solopos/Antara)

Impor minyak mengandalkan pasar spot membuat Indonesia membayar mahal. Indonesia pun ingin kembali masuk OPEC.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah mempertimbangkan untuk kembali aktif dalam organisasi negara pengekspor minyak atau the Organization of Petroleum Producing and Exporting Countries (OPEC). Padahal, Indonesia kini telah menjadi negara pengimpor minyak.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mempertimbangkan untuk kembali aktif di OPEC. Untuk tahap awal, Indonesia akan menjadi peninjau (observer).

Ke depan dia mengarahkan untuk menjadi anggota. “Masuk sebagai peninjau dulu, supaya kita berinteraksi dengan pasar,” kata Sudirman Said dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/5).

Dia menjelaskan tidak masalah meskipun saat ini jumlah ekspor minyak Indonesia terbilang sedikit. Menurutnya, Indonesia masih memegang peranan penting meskipun menjadi negara importir neto minyak. “Kita menjadi salah satu pembeli terbesar,” tambahnya.

Dengan menjadi peninjau, jelasnya, Indonesia akan berinteraksi dengan negara eksportir minyak. Alhasil, Indonesia akan mengetahui arah pasar minyak mentah. Dia mengemukakan bagi negara importir minyak, semakin dekat dengan penjual minyak maka akan semakin baik. Selain itu, kedekatan dengan penjual juga akan menutup celah bagi pemburu rente.

Lebih jauh, Sudirman Said menambahkan saat ini sebagian besar impor minyak Indonesia dibeli dari pasar spot. Hanya 30% impor minyak mentah yang dibeli menggunakan skema kontrak jangka panjang. Jika kembali aktif di OPEC, dia berharap sebagian besar pembelian minyak mintah dilakukan dengan kontrak jangka panjang.

Seperti diketahui, Indonesia telah menjadi anggota OPEC sejak 1962, kemudian memilih keluar pada 2008 ketika Kementerian ESDM dipimpin Purnomo Yusgiantoro. Purnomo beralasan Indonesia keluar karena telah menjadi negara pengimpor minyak seiring dengan turunnya produksi minyak nasional.

Selain mempertimbangkan untuk kembali aktif di OPEC, Sudirman Said akan melawat ke negara-negara pengekspor minyak seperti Iran, Irak, Kuwait, Rusia, dan Azerbaijan. Bahkan, pihaknya telah bertemu dengan Presiden Iran yang meminta adanya kerja sama komite Indonesia-Iran. “Apalagi Iran mau dibuka embargonya,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja menyampaikan Indonesia mendapat banyak manfaat di OPEC kendati hanya menjadi peninjau. “Akses lebih luas, teman lebih banyak, bakal diikutkan kalau ada pertemuan penting,” ungkapnya.

Menurutnya, Sudirman Said akan menghadiri pertemuan OPEC pada Juni mendatang. Pengajuan kembali sebagai peninjau akan dilakukan dalam pertemuan tersebut.

Statuta OPEC menyebutkan negara non anggota bisa menghadiri konferensi organisasi sebagai peninjau (observer) ketika diizinkan. Menurut sejarah, OPEC didirikan pada 1960 oleh lima negara yakni Irak, Iran, Kuwait, Saudi Arabia, dan Venezuela. Selain lima anggota tersebut, saat ini Algeria, Angola, Ekuador, Libya, Nigeria, Qatar, dan Uni Emirat Arab masih aktif di OPEC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya