SOLOPOS.COM - Polisi menunjukkan beras Bulog yang diselundupkan menggunakan kontainer di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jateng, Rabu (17/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Impor beras dan bahan pangan dinilai akan menggerus cadangan devisa dan daya beli masyarakat bawah.

Solopos.com, JAKARTA — Selain berpotensi membuat neraca perdagangan defisit, impor pangan yang ditetapkan awal tahun ini dikhawatirkan sangat mengganggu keseimbangan ekonomi nasional. Hal ini berpotensi menimbulkan beberapa efek domino yang merugikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekonom Institute for Developement of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai ada tiga efek impor pangan ini, khususnya impor beras. Efek pertama adalah tekanan terhadap cadangan devisa. Menurutnya, cadangan devisa saat ini memang terkesan naik, tetapi kenaikannya karena pemerintah menerbitkan Global Bond.

“Naiknya kemarin US$130 miliar, tapi kan itu karena utang luar negeri. Kita menerbitkan global bond,” ungkapnya, Minggu (21/1/2018). Baca juga: Impor Beras Masif, Neraca Perdagangan Indonesia Terancam Defisit.

Dia memprediksi tekanan impor tersebut akan membuat kualitas cadangan devisa kita berkurang. “Prediksi saya cadangan devisa akan turun dari posisinya yang kemarin US$130 miliyar, setidaknya pada triwulan pertama 2018, karena cukup besar tekanan impor,” jelas Bhima.

Bulog mengucurkan dana untuk impor 500.000 ton beras sebesar Rp15 triliun. Selanjutnya Bhima menjelaskan hal tersebut akan berdampak ada cadangan devisa. Cadangan devisa yang berkurang membuat kemampuan Bank Indonesia untuk stabilisasi rupiah juga akan berkurang.

Efek yang kedua adalah daya beli petani akan semakin menurun. “Karena impor besar ini kan bahan pangan,” tutur Bhima. Baca juga: Kementan Duga Ada yang “Goreng” Harga Sebelum Impor Beras.

Dia menjelaskan musim panen telah tiba, petani hanya perlu menunggu beberapa pekan hingga beras diproduksi dan didistribusikan ke pasar. Namun beras impor yang terlanjur masuk ke pasar akan membuat harga gabah petani turun, karena stok beras telah melimpah di pasar.

Artinya, 40% daya beli masyarakat bawah akan menurun, seiring dengan pendapatan petani yang turun karena dampak harga jual beras yang turun. Bhima menghawatirkan efek yang lebih jauh adalah konsumsi rumah tangga stagnan akan stagnan di 4,9% dan juga pertumbuhan ekonomi stagnan di 5,1%.

Pemerintah memutuskan untuk mengimpor 500.000 ton beras bersertifikasi khusus yang rencananya akan masuk pada akhir Januari ini. Nantinya, harga beras akan dijual di bawah harga eceran tertinggi beras medium untuk menstabilkan harga beras medium. Baca juga: Kementan Duga Ada yang “Goreng” Harga Sebelum Impor Beras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya