SOLOPOS.COM - Suasana menjelang malam perayaan Tahun Baru Imlek 2569 di kawasan Pasar Gede, Solo, Kamis (15/2/2018) malam. (M Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Meski sempat diguyur hujan sejak sore hingga malam hari, warga berbondong-bondong datang memadati kawasan Pasar Gede.

Solopos.com, SOLO — Ribuan warga tumplek blek di sepanjang Jl. Jenderal Sudirman (Jensud) hingga kawasan Pasar Gede untuk merayakan malam Tahun Baru Imlek 2569/2018, Kamis-Jumat (15-16/2).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Solopos.com, Kamis (16/2/2018), tak ada rentetan suara letusan kembang api menggema tepat pukul 00.00 WIB. Cahaya kembang api pun tak terlihat di langit Kota Bengawan malam itu, biasa menandai puncak acara pergantian Tahun Baru Imlek.

Kekecewaan pun tergambar diraut wajah warga. Penantian ribuan warga sejak senja melihat permainan cahaya saat kilatan dan letupan berpendar mewarnai langit Kota Solo pun tak terbayarkan. Mereka langsung membubarkan diri saat mengetahui tak ada pesta kembang api.

“Ya… tidak ada pesta kembang api,” celetuk salah satu pengunjung.

Meski sempat diguyur hujan sejak sore hingga malam hari, warga berbondong-bondong datang memadati kawasan Pasar Gede bak lautan manusia. Mereka tumplek blek berbaur menjadi satu. Kian mendekati pukul 00.00 WIB, warga terus mendatangi kawasan Pecinan itu.

Pengunjung dihibur dengan pentas liong, barongsai dan musik band. Sebagian terlihat bercengkrama dengan keluarga maupun teman. Mereka tak lupa mengabadikan momen berfoto ria denganberlatar belakang lampion di sepanjang jembatan Kali Pepe.

“Kami menunggu pesta kembang api, tapi ternyata tidak ada. Ya sudah kita foto-foto saja,” kata Yolanda, warga Boyolali kepada Solopos.com.

Cuma Foto-Foto

Pengunjung yang datang ke kawasan Pasar Gede tidak hanya untuk menikmati pemandangan saja,  namun umat Tri Dharma juga beribadah di Klenteng Tien Kok Sie. Mereka melaksanakan ritual keagamaan memperingati hari kelahiran Bi Lek Hud. Ritual diawali dengan penyucian rupang Bi Lek Hud atau disebut pula Budha Ketawa.

Prosesi penyucian dilakukan dengan menyiram air suci ke seluruh tubuh rupang Bi Lek Hud sembari memanjatkan doa. Bagi umat Tri Darma, penyucian mengandung makna bahwa setiap diri harus mensucikan hatinya sebagaimana sucinya Budha.

Seksi Ritual Klenteng Tien Kok Sie, B. Tek Giyanto mengatakan pada prosesi malam imlek ini diawali oleh pemandian Budha Metria. “ini bukan dalam arti memandikan Sang Budha,  namun kita memijam raga Budha untuk membersihkan jiwa masyarakat dari kotoran, rasa dengki,  dendam,  dan sifat buruk lain yang masih melekat pada tahun lalu,” tuturnya.

Setelah jiwa raga dibersihkan diharapkan ditahun depan hidup semakin baik dan terbebas dari sifat buruk. Sehingga siap menyongsong tahun Anjing Tanah, serta rezeki bertambah, dan dijauhkan dari marabahaya yang mengancam. Prosesi kemudian dilakukan dengan menyalakan lilin merah atau yang biasa disebut Thiam Ting sebagai simbol penerangan, kesehatan dan keselamatan dalam menyambut tahun baru.

Tokoh Tionghoa Sumartono Hadinoto mengatakan Tahun Anjing Tanah memiliki filosofi mendalam. Di mana sifat dari Anjing itu sendiri adalah setia, yang berarti diharapkan semakin bisa berkomitmen dengan janji. Kemudian pekerja keras, serta siaga dan sigap dalam segala sesuatu.

“Namun sifat lain dari Anjing itu sering meledak-ledak.  Berarti itu ditahun ini kita harus tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Dan berani dalam menghadapi masalah,” ujarnya.

Sumartono menilai perayaan Imlek kali ini menunjukkan pluralisme di Indonesia. Hal ini terlihat dengan hadirnya seluruh elemen masyarakat di malam puncak Perayaan Imlek di Solo. Ia berharap apa yang terjadi di Solo dapat diketahui seluruh dunia bahwa kebhinekaan di negeri ini tetap terjaga. “Imlek ini benar-benar milik semua,” imbuhnya.

Kapolda Jawa Tengah,  Irjend Pol Condro Kirono meninjau langsung malam Tahun Baru Imlek di kawasan Pasar Gede Solo. Hal tersebut dilakukan guna memastikan perayaan malam tahun cina ke 2569 ini berlangsung tertib.

Kapolda datang sekitar pukul 22.45 didampingi Kapolresta Solo Kombes Pol Ribut Hari Wibowo. Kedatangan Kapolda disambut penampilan Barongsai milik Unit Dalmas Sat Sabhara Polresta Solo. Setelah itu, Kapolda memasuki Klenteng Tien Kok Sie guna memantau ibadah para umat. Didalam, Kapolda juga sempat menikmati sajian wedang ronde.

Sekitar satu jam Condro berada didalam Klenteng, setelah itu Kapolda meningalkan lokasi.  “Kedatangan saya ke sini untuk memastikan perayaan Imlek berjalan dengan tertib aman dan nyaman.  Saya sudah peritahkan kepada Kapolres masing-masing untuk terus menjaga titik-titik kerumunan massa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya