SOLOPOS.COM - Pembukaan Pasar Semawis 2018 di kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jateng, Senin (12/2/2018) malam. (Semarangkota.go.id)

Imlek 2018 yang tahun barunya dimeriahkan Pasar Semawis di kawasan Pecinan Kota Semarang memiliki sejarah panjang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Warga Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) tentu sudah tak asing dengan Pasar Semawis yang digelar untuk menyambut Tahun Baru Imlek setiap tahunnya, seperti pada 2569 Imlek atau 2018 Masehi ini. Pasar Semawis itu selalu digelar di kawasan Pecinan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang setiap tahunnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kawasan Pecinan di Kota Semarang yang ramai dengan Pasar Semawis pada Imlek 2018 ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “pecinan” adalah permukiman orang-orang etnis Tionghoa.

Dikutip dari laman resmi milik Pemkot Semarang, kawasan pecinan di Kota Semarang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan Kota Semarang. Kawasan pecinan di Kota Semarang disebut-sebut memiliki nilai sejarah dan merupakan kawasan yang memiliki potensi wisata budaya.

Kawasan pecinan di Kota Semarang yang selalu ramai setiap Tahun Baru Imlek, termasuk pada 2569 Imlek atau 2018 Masehi ini, terbentuk setelah ada pemberontakan warga etnis Tionghoa terhadap pemerintahan Hindia-Belanda di kawasan Batavia pada 1740. Karena pemberontakan di Batavia itu, orang-orang etnis Tionghoa di Kota Semarang yang semula bermukim di kawasan Gedong Batu kemudian dipindah ke kawasan Semarang bagian tengah, yang merupakan kawasan Pecinan Semarang sekarang.

Pemindahan itu bertujuan agar pemerintah Hindia-Belanda lebih mudah mengawasi gerak-gerik orang-orang etnis Tionghoa di Kota Semarang. Pasalnya, dahulu tangsi atau markas tentara Belanda berada di dekat kawasan yang sekarang merupakan kawasan Kota Lama.

Setelah dipindah, kawasan pecinan di Semarang bagian tengah itu kemudian menjadi kawasan yang menjadi pusat perdagangan orang-orang etnis Tionghoa. Seiring berkembangnya zaman, kawasan tersebut memiliki daya tarik pariwisata yang cukup memikat.

Hingga pada 2005, Pemkot Semarang, melalui Surat Keputusan Wali Kota No. 650/157 Tanggal 28 Juni 2005, mulai mengatur kawasan Pecinan untuk direvitalisasi. Kawasan Pecinan yang semula hanya pusat perdagangan orang-orang etnis Tionghoa kemudian berubah menjadi pusat wisata yang menampilkan kebudayaan orang-orang etnis Tionghoa di Kota Semarang.

Berdasarkan data yang dibeberkan Pemkot Semarang, kini ada sembilan kelenteng di kawasan Pecinan Kota Semarang. Kelenteng yang berada di kawasan Pecinan Kota Semarang adalah Kelenteng Siu Hok Bio, Kelenteng Tek Hay Bio/Kwee Lak Kwa, Kelenteng Tay Kak Sie, Kelenteng Kong Tik Soe, Kelenteng Hoo Hok Bio, Kelenteng Tong Pek Bio, Kelenteng Wie Hwie, Kelenteng Ling Hok Bio, dan Kelenteng See Hoo Kiong/Ma Tjouw Kiong.

Dikutip dari Semarangkota.com, kini, kawasan cagar budaya pecinan di Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang itu selalu menjadi pusat keramaian kala Tahun Baru Imlek tiba, termasuk pada 2569 Imlek atau 2018 Masehi ini. Bukan hanya orang-orang etnis Tionghoa, orang-orang dari berbagai etnis terpantau juga kerap memadati kawasan bersejarah tersebut saat Tahun Baru Imlek tiba. (Ginanjar Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya