SOLOPOS.COM - Petugas Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Dan Perikanan (Dispertan KPP) Kota Solo membersihkan paralon media tanam tanaman hidroponik di green house kompleks taman Winasis Kantor Dispertan KPP Solo, Jumat (7/1/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Pemerintan Kota (Pemkot) Solo memberi perhatian khusus pada pemenuhan pengelolaan pangan yang adil dan berkelanjutan bagi warganya. Tahun ini, Pemkot mulai menyusun peta jalan (roadmap) untuk program Kota Cerdas Pangan sebagai tindak lanjut keikutsertaan Solo dalam penandatanganan Pakta Milan, akhir 2020 lalu.

Pakta Milan adalah perjanjian internasional untuk mewujudkan kota cerdas pangan bagi warganya. Sejauh ini sudah lebih dari 200 kota yang menandatangani pakta tersebut. Dari Indonesia, baru dua kota yang tercatat ikut pakta tersebut yakni Bandung (sejak Agustus 2020) dan Solo (sejak November 2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adanya peta jalan menuju Solo kota cerdas pangan diharapkan mendorong sistem produksi, distribusi, dan konsumsi yang berkelanjutan serta menjamin hak pangan atas warganya. Sekretaris Badan Penelitan dan Pengembangan Daerah Kota Solo, Francisco Amaral, mengatakan Pemkot intens melakukan pemetaan terhadap kondisi pangan perkotaan seusai deklarasi Solo Kota Cerdas Pangan pada November 2020.

Baca Juga: Pemerhati Budaya: Kawasan Sriwedari Solo Harus Kembali ke Fungsi Awal

“Tahun 2021 kami melakukan pemetaan, kami juga menampung masukan OPD teknis dan stakeholders terkait rencana aksi pangan. Tahun 2022 rencananya mulai menyusun peta jalan,” ujar Francisco dalam diskusi Refleksi 30 Tahun Gita Pertiwi, Satu Tahun Surakarta Cerdas Pangan di Sala View, belum lama ini.

Francisco mengatakan Kota Cerdas Pangan mendorong adanya sistem pangan berkelanjutan. Program itu dinilai strategis mengingat perkembangan pesat Solo sebagai pusat ekonomi. Dengan demikian, kebutuhan pangan bagi warga dan para pendatang pun diproyeksi meningkat.

Padahal Kota Solo selama ini cenderung sebagai konsumen bahan pangan, bukan produsen. “Pangan adalah isu strategis, oleh karena itu harus banyak stakeholders yang terlibat untuk menyusun peta jalan. Kalau roadmap ini jadi, Solo bakal menjadi acuan sistem pangan berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga: Disdag Solo: Tak Ada Tambahan Batas Waktu Pindahan Pedagang Pasar Legi

Pengelolaan Limbah Pangan

Sejauh ini Pemkot Solo telah memasukkan elemen cerdas pangan dalam RPJMD 2021-2026 serta RAD Pangan dan Gizi 2022-2026. Direktur Program Yayasan Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti, mengatakan pengelolaan limbah pangan (food waste) perlu menjadi perhatian dalam program Kota Cerdas Pangan.

Dalam sejumlah publikasi dunia, Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia dalam hal produksi sampah pangan. Menurut Titik, pandemi Covid-19 pun tak menyurutkan jumlah limbah pangan di kalangan masyarakat.

“Malah seperti anomali. Di Kota Solo, riset kami terhadap 300 keluarga menunjukkan setiap keluarga menghasilkan 0,5 kg sampah pangan per hari. Ini sebelum pandemi. Setelah pandemi, jumlahnya justru meningkat menjadi 0,73 kg sampah per hari dari 1.000 data yang kami kumpulkan di 10 kelurahan. Itu baru sampah pangan saja lho,” tuturnya.

Baca Juga: Setahun Gibran Pimpin Kota Solo, Sukarelawan Pendukung Beri Catatan Ini

Selain food waste, panjangnya rantai distribusi pangan menjadi problem yang perlu dicari jalan keluar. Hal itu untuk mewujudkan stabilitas harga pasar.

Koordinator Fungsi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, Bambang Nugraha, mengatakan Pemkot perlu menyusun skala prioritas dalam pelaksanaan program. “Mungkin bisa diawali dari komoditas pangan yang paling dibutuhkan masyarakat. Kami siap membantu penyediaan data,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya