SOLOPOS.COM - Pelari Indonesia, Ni Made Ariyanti (ketiga dari kanan) berhasil menyentuh garis finish pertama pada final nomor lari 100 meter putri T12 ASEAN Para Games (APG) XI 2022 di Stadion Manahan, Solo, Senin (1/8/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO–Berkat ikatan yang kuat bersama pendampingnya, Ni Made Arianti yang turun di nomor 100 meter putri T12 atau kelas kerusakan pengeliatan sukses meraih emas di ASEAN Para Games 2022. Dia menjadi yang tercepat setelah menghasilkan waktu 13,7 detik pada perlombaan para atletik di Stadion Manahan, Solo, Senin (1/8/2022).

Nomor T12 ini merupakan kategori baru untuknya. Karena sebelumnya dia turun di klasifikasi berbeda. Namun, karena turun di kelas ini, maka Arianti yang memiliki kerusakan pengelihatan pun mendapatkan pendamping, yakni Bayu Aji Laksono.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dua bulan dia mempersiapkan diri bersama Bayu untuk bisa mendapatkan hasil maksimal di nomor ini. Berlatih di kelas baru memang tidak mudah, untuk itu Bayu berinisiatif untuk lebih memperhatikan Arianti selama dua bulan mereka berlatih pagi dan sore.

Baca Juga: Warna Warni Kembang Api Hiasi Langit di Solo, Tandai Dibukanya APG 2022

Karena diperhatikan itu, Arianti pun mau menurut apa yang dikatakan Bayu sebagai pemandunya terutama dalam hal teknis berlari, hingga mereka pun bisa mendapatkan ikatan tersebut pada saat perlombaan.

Perasaan senang tidak bisa disembunyikan oleh Arianti. Sejak menginjakan garis finis, dirinya berlonjak gembira, langsung memeluk pemandunya. Keduanya langsung menyematkan Bendera Merah Putih dipunggungnya untuk difoto media. Senyum lebar tidak lepas dari wajah Arianti.

Meski dengan napas yang masih terengah-engah, Arianti mengaku bahagia. Karena sebelum bertanding dirinya sempat gelisah. Dia mengaku tidak dalam kondisi terbaiknya saat tampil karena punggung kaki kirinya sempat sobek saat pra-lomba, hingga sebenarnya persiapannya tidak terlalu maksimal.

Baca Juga: Fasilitas Media Center APG, Internet 1 Gbps hingga Pijat Tunanetra

“Sebenarnya deg-degan saat akan tampil. Karena saya tidak dalam kondisi terbaik, kaki belum fit dan ini kali pertama lari di kelas ini pakai guide dan ternyata bisa,” ujar dia.

Dia mengatakan secara persiapan sebenarnya sudah satu tahun, tetapi kelas ini diakuinya memang baru untuknya. Mengingat pengelihatan mata kanannya saja yang jelas, sementara mata kirinya buta total hingga dirinya dipasangkan dengan Bayu.

Bagi Arianti, peran Bayu sangat besar. Saat turun di kelas berbeda tanpa pendamping, dia mengaku belum bisa mencatatkan hasil maksimal. Sementara bersama pendamping, justru dia bisa menghasilkan emas.

Baca Juga: Hari Kedua Para Badminton APG Diwarnai 11 WO, Indonesia Diuntungkan

“Saya sama mas Bayu kebetulan memiliki kebiasaan yang sama. Jadi di luar lapangan bisa asik komunikasinya. Apalagi dia memberikan perhatian yang bagus, jadi kalau butuh apa-apa selalu dibantu dan dia juga membantu saya dalam latihan teknik. Dia membimbing saya. Seperti saat kaki saya sakit, dia menyemangati saya bahwa mereka pasti bisa,” kata dia.

Mendapatkan emas di nomor 100 meter, Arianti pun termotivasi untuk bisa mendapatkan hasil maksimal di dua nomor lainnya yang akan diikuti, yakni 200 meter dan 400 meter T12. Meskipun, di nomor-nomor menengah kelasnya akan digabung dengan kelas T13 hingga persaingan akan lebih ketat.

“Karena digabung nanti kelasnya, bisa dengan kelasnya Putri Aulia (T13) atau dengan kelas lainnya dengan klasifikasi serupa. Karena ini bukan spesialis kelasnya, dan secara persaingan lawan juga lebih berat,” kata Bayu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya