SOLOPOS.COM - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (JIBI/Antara/Muhammad Adimaja)

IHSG anjlok ditengarai menjadi penyebab merosotnya kekayaan para konglomerat Indonesia.

Solopos.com, JAKARTA — Gambaran merosotnya kekayaan para konglomerat Indonesia dapat dilihat dari kapitalisasi pasar saham-saham emiten mereka yang telah diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Chairul Tanjung kembali jadi juara. Emiten yang sahamnya dimiliki oleh pria yang akrab disapa CT itu menjadi satu-satunya konglomerasi berkinerja positif sejak awal tahun.

Chairul Tanjung menggenggam saham PT Bank Mega Tbk. (MEGA) sebesar 57,82% dan 25,94% saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA). Market capitalization dua emiten itu tumbuh 7,32% menjadi Rp30,2 triliun dari penutupan perdagangan akhir tahun lalu Rp28,14 triliun.

Sebaliknya, pemilik Grup Triputra Theodore P. Rachmat harus menderita penurunan market cap paling dalam dari dua emiten yang tercatat di pasar modal. Total kapitalisasi dua emiten itu terkoreksi 33,58% menjadi Rp5,7 triliun dari sebelumnya Rp8,6 triliun.

Bernasib sama, kapitalisasi pasar PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) milik Grup Bakrie, terjungkal paling dalam hingga 84,12% ytd. Market cap BRMS turun menjadi Rp1,27 triliun dari akhir tahun lalu Rp8,05 triliun.

Berkebalikan, PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP) milik Hary Tanoesoedibjo menempati posisi puncak dengan lonjakan kapitalisasi pasar hingga 87,45% ytd. Market cap BCAP naik menjadi Rp7,46 triliun dari sebelumnya Rp3,98 triliun.

Melalui akun Twitter terverifikasi @Hary_Tanoe, CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo berkomentar terkait kondisi terkini perekonomian Indonesia. “Indonesia perlu meningkatkan investasi, salah satunya melalui pasar modal,” kicaunya.

Bos Grup MNC itu memang menggenggam saham setidaknya pada delapan emiten yang telah melantai di pasar modal. Untuk mengantisipasi penurunan lebih dalam harga sahamnya, tiga emiten milik HT telah menyiapkan dana hampir Rp7 triliun untuk melakukan aksi buyback dalam kurun waktu 18 bulan.

Kini, para taipan boleh sedikit bernafas lega. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memunculkan harapan baru bagi pasar modal dengan mengeluarkan stimulus berupa pembelian kembali saham tanpa melalui rapat umum pemegang saham (RUPS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya