SOLOPOS.COM - Seorang peternak di Dukuh/Desa Pengkol RT 006, Kedawung, Sragen, memberi makanan jerami pada sapi bali yang dipersiapkan untuk hewan kurban, Senin (21/8/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Iduladha 2017, peternak Sragen mengembangkan sapi bali dan menjualnya untuk hewan kurban dengan harga lebih  murah.

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah petani di Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen, mengembangkan bisnis sapi bali untuk diperdagangkan menjadi hewan kurban dengan harga lebih murah sekitar Rp2 juta per ekor dibandingkan dengan sapi kurban di pasaran Sragen.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dengan harga yang lebih murah ternyata animo pembeli sapi bali cukup tinggi. Dalam 10 hari saja 40 ekor sapi terjual.

Sumarno, 50, peternak sapi bali di Dukuh/Desa Pengkok RT 006, Kecamatan Kedawung, Sragen, saat ditemui Solopos.com, Senin (21/8/2017), memelihara 45 ekor sapi bali yang didatangkan dari Pulau Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Jenis sapi bali memiliki tubuh seperti sapi angus atau jawa bertanduk tetapi berwarna cokelat kehitaman.

Ekspedisi Mudik 2024

Ciri khusus sapi bali terletak pada warna putih di bagian pantat dan keempat kaki bagian bawah. Orang bilang sapi bali seperti mengenakan kaus kaki.

“Saya hanya pemelihara bersama dua orang teman lainnya. Puluhan ekor sapi ini milik Pak Bayu, juragan sapi di Pengkok ini. Dari 45 ekor yang didatangkan dari Bali dan NTT sekitar 10 hari lalu, kini tinggal lima ekor yang belum laku. Sebanyak 40 ekor sudah laku semua. Ya, karena harganya lebih murah dibandingkan sapi di pasaran Sragen,” ujarnya.

Sumarno menjual sapi bali dengan harga bervariasi mulai Rp16 juta-Rp18 juta. Dia mengatakan harga sapi kurban di pasaran Sragen itu Rp17 juta-Rp22 juta. Mahal tidaknya harga sapi itu, kata dia, tergantung bobot sapi.

Bobotnya ada yang 270 kg sampai 400-an kg. “Kami menggeluti bisnis sapi bali pada musim kurban sudah dua tahun terakhir. Pada 2016 lalu, kami bisa menjual 100 ekor sapi. Bagi saya upahnya yang penting bisa untuk kurban sapi bersama enam orang lainnya,” tutur Sumarno.

Terpisah, Kepala UPTD RPH Disnakan Sragen Taufik Suparno mengatakan bisnis sapi bali di Pengkok itu sudah ada sejak lima tahun terakhir. Biasanya pada musim kurban ada 3-4 truk Fuso berisi puluhan ekor sapi yang didatangkan dari Bali dan NTT ke Pengkok.

Dia mengatakan harga sapi bali memang lebih murah bila dibandingkan sapi jenis lain, seperti brahman, limosin, simental, dan PO. “Orang yang mau kurban itu biasanya tidak memperhatikan berat sapi tetapi yang penting memenuhi syarat kurban, sehat, dan harga terjangkau. Kalau orang yang mengetahui seluk beluk sapi pasti akan mempertimbangkan berat sapi sebagai pertimbangan harga. Satu sapi kalau ditimbang itu harganya Rp15 juta tetapi oleh pengurban bisa dibeli dengan Rp17,5 juta per ekor,” jelasnya.

Taufik menjelaskan pertimbangan warga yang berkurban dengan jagal sapi pasti berbeda. Dia menyampaikan ada tiga jenis daging sapi, yakni berat hidup, karkas, dan daging. Sapi dengan berat hidup itu nilainya Rp52.500 per kg.

Karkas atau sapi yang sudah disembelih dan dihilangkan kepala, kulit, kaki, dan jerohan dihargai dengan Rp80.000/kg dan daging sapi harganya Rp95.000-Rp100.000 per kg.

“Kalau jagal mempertimbangkan tiga jenis daging itu. Dari pengamatan saya pada setiap tahunnya, orang yang membeli sapu kurban itu rata-rata tidak mengetahui taksiran harga sapi. Sapi bali itu walaupun selisih Rp2 juta sebenarnya kalau pembelinya pintar menaksir harga bisa mendapatkan harga yang sepadan di pasaran,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya