SOLOPOS.COM - Suasana salat idulfitri 2017 di Kulonprogo. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Iduladha 2017, menjadi ajang refleksi

Harianjogja.com, KULONPROGO — Hari raya Iduladha hendaknya dimaknai sebagai momen, untuk memahami kemauan rela berkorban, demi kepentingan bersama.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Direktur Madrasah Mualimin Muhammadiyah Jogja, Aly Aulia pada Jumat (1/9/2017) menjelaskan ibadah kurban mengingatkan kita semua, kepada sosok Ibrahim dan keluarganya. Sosok Ibrahim sendiri  tampil sebagai manusia yang kali pertama mendapatkan ujian keimanan dari Allah Subhanahu Wata’ala (SWT), atas sejauh mana kecintaan manusia terhadap harta yang dimilikinya, dibanding rasa cinta kepada Allah SWT.

Ia diminta menyembelih putra pertama, yang sesungguhnya begitu dinantikan kehadirannya. Bila ia memiliki kecintaan berlebih pada  Ismail, bisa jadi kala itu ia tak menjalankan apa yang diperintahkan. Namun Ibrahim mencoba menguatkan hatinya, sementara Ismail mendorong ayahnya pula, agar tetap menjalankan apa yang diminta Allah SWT. Tidak mencintai dirinya melebihi cinta terhadap Allah SWT.

Riwayat ini menjadi bukti kerelaan Ibrahim mengorbankan Ismail, demi kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam (SAW).

“Kecintaan terhadap Ismail, sama seperti layaknya ibarat kecintaan kita terhadap harta. Dan kecintaan kita yang berlebihan akan harta, membuat kita kelamaan menjadi manusia egois, dan memiliki sifat serakah yang jauh dari kemanusiaan,” kata dia, saat memberikan khotbah salat Iduladha, di Alun-alun Wates.

Menarik garis merah dengan kondisi negara Indonesia, menurut Aly, negeri ini membutuhkan pemimpin seperti Ibrahim. Yang rela mendahulukan kepentingan masyarakat banyak, di atas kepentingannya mereka sendiri. Walaupun harus mengorbankan harta yang paling ia cintai.

Ibadah dalam Iduladha, mengingatkan kita pada kesetiakawanan, rela berkorban, ukhuwah, lanjut dia. Sehingga ia berharap di masa depan, hadir keluarga Ibrahim berikutnya, yang bisa menjadi teladan bagi seluruh umat di Indonesia.

Namun penting pula pendidikan mengenai sikap-sikap itu tadi kepada anak. Lewat keteladanan orang tua, dan jangan menunggu mereka dewasa. Karena sikap itu mampu menjadi dasar membangun keberagaman masyarakat. Mengenai bagaimana seseorang bisa belajar mendahulukan kepentingan orang lain, ketimbang kepentingan pribadi.

“Akankah generasi kita masa kini, mampu memaknai pengorbanan demi kepentingan orang lain?,” imbuh Sekretaris Divisi Qur’an dan Hadist Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini.

Ia melanjutkan lebih jauh, Iduladha adalah hari istimewa. Karena dua ibadah agung bersamaan dilaksanakan pada hari ini, ibadah haji dan kurban. Keduanya itu adalah syiar Allah yang harus dihormati dan diagungkan oleh hamba-hambanya. Menjalankan ibadah untuk menyempurnakan perayaan Iduladha, adalah bukti ketakwaan kepada Allah, seperti sudah difirmankan, dalam Al Qur’an Surah Al Haj: 33.

Ibadah ini adalah gerbang untuk mencapai kedekatan kita dengan Allah Subhanahu Wata’ala (SWT). Dan seseorang yang jauh dari Allah akan sulit menjalankan ibadah ini, sedangkan yang dekat akan dengan ringan hati untuk memberikan segalanya bagi Allah. Sikap ini bukan bawaan dari lahir, melainkan berproses, karena kerap ada benturan antara keinginan bertaqwa atau memenuhi keinginan sendiri.

Dengan semangat ini, setiap orang akan berupaya mencapai cita-cita, dalam langkah yang dinaungi ridha Allah.

Sementara itu usai salat, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengungkapkan, pada Iduladha 2017 kali ini, Pemkab memiliki total lima sapi dan 22 ekor kambing, untuk dikurbankan. Daging kurban diserahkan kepada penerima yang sebelumnya telah melakukan pengajuan, dan diseleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya