SOLOPOS.COM - Petugas dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) mengecek kesehatan kambing yang dijual di Pasar Plembon, Kecamatan Klaten Utara, Klaten, Jumat (25/8/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Iduladha 2017, sapi betina produktif tak diperkenankan untuk berkurban.

Solopos.com, KLATEN – Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten mewanti-wanti sapi betina produktif tak dijadikan hewan kurban. Sapi betina yang akan disembelih saat Iduladha diwajibkan memiliki surat keterangan status reproduksi (SKSR).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kasi Pengembangan Usaha Peternakan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner DPKPP Klaten, Tri Yanto, mengatakan pada kurban sebelumnya masih ditemukan sapi betina produktif yang disembelih.

Ekspedisi Mudik 2024

“Untuk tahun sebelumnya memang ada yang disembelih. Untuk tahun ini kami tegasi lagi, sapi betina produktif tidak boleh dipotong,” kata Tri Yanto saat ditemui wartawan di sela pemeriksaan hewan di Pasar Plembon, Desa Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara, Jumat (25/8/2017).

Larangan menyembelih sapi betina produktif untuk mendukung program upaya khusus sapi wajib bunting (Upsus Siwab) guna swasembada daging. Untuk mengawasi sapi betina produktif tak disembelih, sapi betina yang akan dikorbankan wajib memiliki SKSR.

Surat itu dibuat oleh dokter hewan setelah mengecek reproduksi sapi. “Jika mau digunakan untuk kurban, sapi betina harus ada SKSR. Untuk memastikan benar-benar tidak produktif. Kalau tidak produktif bisa disembelih,” urai dia.

Kasi Kesehatan Hewan DPKPP Klaten, Awik Purwanti, mengatakan DPKPP membentuk tim guna mengawasi hewan kurban. Tim tersebut mendatangi pengepul serta pasar hewan mulai awal pekan ini. Ada empat tim yang dibentuk dengan 22 petugas dibantu petugas peternakan di masing-masing kecamatan.

Pengecekan juga dilakukan di tempat-tempat pemotongan hewan kurban hingga H+3 Iduladha. Soal antisipasi penyakit hewan, Awik menuturkan vaksinasi sudah dilakukan secara rutin terutama mengantisipasi ternak mengandung zoonosis seperti antraks.

Disinggung ciri-ciri hewan sehat dan layak untuk kurban, Awik menuturkan secara umum untuk jenis sapi dan kambing atau domba sama. “Ciri ternak yang sehat itu matanya bersinar, tidak kurus, bulunya halus, tidak berdiri. Tidak mengeluarkan cairan pada hidung,” kata Awik.

Salah satu pedagang kambing, Marjuni, 58, mengatakan untuk mengetahui kambing memiliki banyak daging bisa dicek pada bagian pantat kambing. “Kalau diremas tidak terasa tulangnya, itu dagingnya banyak,” urai dia.

Disinggung harga kambing, Marjuni menuturkan mulai merangkak naik. Ia menjelaskan kenaikan berkisar 20-30 persen. “Misalnya kalau hari biasa itu diambil harga Rp900.000-1 juta kalau mendekati kurban ini bisa naik menjadi Rp1,6 juta-Rp1,7 juta karena banyaknya permintaan,” kata pedagang asal Desa Belangwetan, Kecamatan Klaten Utara itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya