SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak demam. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau agar orang tua mewaspadai gejala gagal ginjal akut misterius yang terjadi pada anak, terutama gejala spesifik berupa penurunan volume urine atau air seni.

IDAI mencatat ada lebih dari 100 anak mengalami gagal ginjal akut misterius sejak Januari 2022. Simak ulasannya di info sehat kali ini.  Gagal ginjal akut adalah kondisi menurunnya fungsi ginjal secara mendadak. Ginjal tiba-tiba berhenti menyaring limbah dan racun dari dalam darah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Organ ini juga berhenti membuang kelebihan cairan dari dalam tubuh. Fungsi ginjal secara menyeluruh pun ikut terganggu, termasuk dalam mengatur tekanan darah, keseimbangan elektrolit, dan pH (tingkat asam basa dalam tubuh).

Baca Juga: Penyebab Gagal Ginjal Akut pada Anak belum Diketahui

Mengetahui gejala gagal ginjal akut pada anak ini sangat penting mengingat penyakit ini terjadi sangat cepat dan mendadak.  Menurut dr. Henny Adriani, Sp.A(K) dari IDAI, perkembangan penyakit gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak di Indonesia terjadi sangat cepat dan mendadak.

Penyakit ginjal yang lebih banyak menyerang anak berusia di bawah 6 tahun ini juga bisa memburuk dengan cepat. Karena karakteristiknya tersebut, IDAI menjuluki penyakit ini sebagai gangguan ginjal akut progresif atipikal.

Mengutip klikdokter.com, Kamis (13/10/2022), penyakit ginjal misterius pada anak ini memiliki gejala yang hampir mirip dengan kondisi gagal ginjal akut pada umumnya.  Sebagian besar anak pengidap gagal ginjal misterius mengalami gejala awal, berupa demam dan diare. Pada beberapa anak, gejala disertai dengan batuk dan pilek.

Baca Juga: Ketahui Dampak Minum Es Teh Manis terhadap Tubuh

Perkembangan dan perburukan penyakit ini kemudian berlangsung sangat cepat. Tingkat keseringan anak buang air kecil mendadak berkurang secara drastis. Normalnya, anak pipis tiap 3-4 jam. Anak pengidap gagal ginjal akut misterius baru bisa pipis setelah 6 jam atau lebih, bahkan si kecil bisa tidak mengeluarkan urine sama sekali.

Henny mengatakan produksi urine yang berkurang menandakan bahwa ginjal sudah mengalami kerusakan. Pada kondisi ini, fungsi ginjal sudah berkurang hingga 50 persen.

“Ketika ginjal rusak, tubuh anak kemudian membengkak serta napasnya cepat dan dalam. Lalu, ada gangguan elektrolit atau kejang karena tekanan darah tinggi atau kadar natrium dalam darah turun drastis,” jelas Henny.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan, anak-anak yang mengalami gangguan ginjal tersebut hampir semuanya datang dengan keluhan tidak buang air kecil atau buang air kecil yang sangat sedikit.

“Maka mungkin itu yang menjadi, kami ingin menyampaikan kewaspadaan, adalah bahwa kalau ada penurunan jumlah volume buang air kecil pada anak-anak maka itu harus segera diperiksakan ke rumah sakit,” kata Eka dalam konferensi pers virtual di Jakarta seperti dikutip dari Antara pada Kamis (13/10/2022).

Baca Juga: Sering Pipis, Berapa Daya Tampung Normal Kandung Kemih Manusia?

Menurut IDAI, gangguan ginjal akut misterius atau disebut dengan acute kidney injury (AKI) progresif atipikal yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia hingga saat ini belum diketahui penyebabnya (unknown origin). Dalam catatan IDAI, sebanyak 131 kasus telah dilaporkan sejak Januari hingga Oktober dari 14 provinsi di Indonesia.

Sejauh ini IDAI mencatat kasus gangguan ginjal misterius tersebut, terutama kasus di Jakarta, banyak terjadi pada anak di bawah usia lima tahun. Namun, kata Eka, ada juga pasien di luar Jakarta yang berusia belasan tahun.

Biasanya, anak yang mengalami AKI memiliki masalah ginjal bawaan. Namun menurut IDAI, pada kasus pasien-pasien yang ditemukan menderita gangguan ginjal akut misterius memiliki ginjal awal yang normal dan bukan sesuatu yang merupakan kelainan bawaan.

Baca Juga: Kombinasi Gagal Ginjal dan Stroke Seperti Oddie Agam, Picu Kefatalan?

Mengingat IDAI masih mendalami akar masalah penyakit tersebut, Eka mengatakan pihaknya hanya dapat mengimbau agar orang tua waspada apabila gejala spesifik tersebut muncul. Selain itu, waspada pula gejala lain seperti batuk-pilek, diare, muntah, dan demam.

“Kurang lebih seragam gejalanya. Mereka ini diawali dengan gejala infeksi seperti batuk-pilek atau diare dan muntah. Dan infeksi tersebut tidak berat, maksudnya bukan tipikal infeksi yang kemudian harusnya menyebabkan AKI secara teoretis di kedokteran. Jadi itulah yang membuat kami heran,” katanya.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya