SOLOPOS.COM - Bagas si bocah pemulung dan ibunya yang menggendong adiknya memunguti botol bekas di sisi utara Terminal Tirtonadi, Solo, Minggu (26/6/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com, SOLO — Ani Sri Andani, ibunda Bagas dan Risky, yang viral karena menjadi pemulung di usia yang masih anak-anak di Solo mengungkapkan alasannya menjadi pemulung.

Diwawancarai Solopos.com di Terminal Tirtonadi, Solo, Minggu (26/6/2022), Ani menceritakan sebelum mempunyai anak sekira belasan tahun yang lalu, dia dan almarhum suaminya merantau ke Kalimantan untuk mencari nafkah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya sebelum punya anak, [bekerja] di Kalimantan, di perkebunan kelapa sawit, memetik kelapa yang ukurannya kecil-kecil itu lho,” ucapnya dalam bahasa Jawa.

Anik yang kini menjadi pemulung di Solo melakoni pekerjaan sebagai pemetik kelapa sawit bersama suaminya di Kalimantan selama satu tahun. Setelah itu, almarhum suami Ani mengajaknya pulang ke Jawa.

“Langsung ngajak pulang, suami saya yang sudah meninggal itu ngajak pulang, yuk pulang yuk, lama di sana satu tahun,” ucap wanita berusia 38 tahun itu.

Baca Juga: 2 Anaknya Jadi Pemulung Di Solo, Begini Penjelasan Ibunda Bagas-Risky

Setelah pulang ke Jawa, Ani dan suaminya memutuskan untuk menetap di Solo. Untuk bertahan hidup, mereka berdua mencari rongsok karena keterbatasan modal dan Ani hanyalah seorang lulusan SD.

Trauma

Ani mengatakan suaminya meninggal sebelum pandemi Covid-19. Dia tidak mengingat tepatnya, yang dia ingat hanya sebelum pandemi Covid-19. Kehilangan suami menjadi tamparan keras bagi ibu tiga anak yang penghasilannya tak menentu sebagai menjadi pemulung di Solo.

“Saya mencari rongsok seperti ini, seketika waktu itu suami saya meninggal dunia. Saya ya seperti itu terpaksa merawat anak tiga itu dengan mencari rongsok,” ucapnya sembari memandang karung goni yang sudah penuh barang bekas yang ia kumpulkan sore itu.

Baca Juga: Alhamdulillah, 2 Bocah Kakak Beradik Pemulung di Solo Bisa Sekolah!

Saat ditanya apakah ada keinginan beralih pekerjaan, Ani hanya menjawab tidak. Ia mengaku trauma karena saat masih bekerja di Kalimantan, uang hasil kerja kerasnya dicopet.

Wajah Ani tampak kesal saat mengingat kejadian pencopetan hingga uangnya raib dibawa kabur pencuri. Padahal uang itu merupakan hasil kerja kerasnya selama setahun.

Ani menceritakan dalam satu bulan dia menerima upah Rp80.000. “Tidak [beralih pekerjaan], saya trauma di Kalimantan. Sudah pernah saya pulang kecopetan, mencari uang tidak ada harganya, di sana Rp80.000,” ucapnya dengan nada kesal.

Baca Juga: Bikin Terenyuh! Ini Alasan Bocah Kakak Adik Rela Jadi Pemulung di Solo

Kata trauma, Ani ucapkan berulang kali. Menurutnya, mencari rongsok adalah pekerjaan yang paling aman dan bebas dari pencopet. Ani memunguti barang bekas itu sudah dia lakoni bersama almarhum suaminya hingga saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya