Solopos.com, SEMARANG — Pada abad ke-16 hingga abad ke-17 ketika penduduk Pulau Jawa dan Sumatra sekitar seperempat dibandingkan saat ini, populasi harimau di kedua pulau itu masih sangat banyak. Hutan-hutan rapat dengan pohon yang tinggi menjulang menjadi habitatnya.
Kedekatan ekologis masyarakat saat itu memunculkan mitos dan tradisi lisan yang disampaikan turun temurun. Peter Boomgaard dalam Frontiers of Fear: Tigers and People in the Malay World, 1600-1950 (2001), menyebut munculnya mitos-mitos tersebut tidak bisa dilepaskan dari “keakraban” masyarakat terhadap sosok harimau.
Sudah Langganan ? Login
Lanjutkan Membaca...
Silakan berlangganan untuk membaca artikel ini dan dapatkan berbagai konten menarik di Espos Plus.