Solopos.com, SRAGEN — Aktivitas pedagang Pasar Bunder Sragen ramai saat Hari Ulang Tahun (HUT) ke-17 Kemerdekaan RI, Selasa (17/8/2021). Namun, ada yang berbeda pada penampilan pendagang hari itu.
Sebagian besar pedagang mengenakan pakaian dwiwarna, merah dan putih, seperti seragam siswa SD. Ada pula pedagang yang menyiapkan tumpeng sederhana untuk merayakan HUT Kemerdekaan di tiga lokasi.
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
Tiga lokasi itu yakni di sisi selatan, bagian utara, dan bagian barat dekat pintu masuk pasar. Di tengah hiruk-pikuk pedagang, ada seorang laki-laki paruh baya yang asyik berjualan penthol.
Baca Juga: PPKM Level 4 Sragen Diperpanjang Sampai 23 Agustus, Objek Wisata Boleh Buka
Yahmanto, 47, pedagang penthol asal Cantel Kulon RT 003/RW 023, Sragen Kulon, itu menjadi perhatian pedagang dan pembeli. Pedagang Pasar Bunder Sragen itu mengenakan pakaian sekolah dasar (SD) saat berjualan penthol itu.
Di hadapannya ada seorang bocah SD yang mengenakan pakai biasa membeli penthol Yahmanto. Pria berkumis itu mendapatkan seragam SD berupa kemeja putih. Ada badge pada bagian saku dan celana pendek warna merah serta topi merah dengan logo Tutwuri Handayani di bagian depannya.
Pinjam Seragam Anak Tetangga
“Awalnya Pak Lurah Pasar mengimbau pedagang agar mengenakan pakaian bernuansa merah putih. Nah, saya pinjam pakaian seragam anak tetangga yang tidak terpakai. Ya, sedikit kebesaran. Kalau khusus topi itu milik anak saya sendiri,” ujar Yahmanto saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa siang.
Baca Juga: 325 Napi Lapas Sragen Dapat Remisi, 4 Orang di Antaranya Bebas
Celana yang dikenakan Yahmanto diikat dengan tali rafia sebagai sabuknya. Sedangkan sepatunya, pedagang Pasar Bunder Sragen itu memakai sepatu sandal warna hitam. Ibu-ibu pedagang tertawa saat melihat kostum unik yang dikenakan Yahmanto.
Mereka mengajak Yahmanto untuk berfoto bersama untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan 2021. Tak hanya Yahmanto yang mengenakan pakaian SD, seperti pedagang buah Nano dan sepasang suami istri pedagang ayam bakar, dan pedagang beras Hartini.
Mereka tak memakai topi anak SD tetapi memakai dasi merah dengan pakaian merah dan putih lengan panjang. Yahmanto menyatakan Indonesia sudah merdeka tetapi secara pribadi merasa belum merdeka.
Baca Juga: Lahir 17 Agustus, Balita di Sragen Diberi Nama Putri Merah Putih
Bapak lima anak itu belum merdeka secara ekonomi karena terkena dampak pandemi Covid-19. Bahkan untuk kebutuhan makan saja, pedagang penthol di Pasar Bunder Sragen itu menyadari masih mengharap bantuan dari pemerintah.
Membangun Rasa Cinta Tanah Air
Saat sebelum pandemi, Yahmanto bisa membawa pulang hasil penjualan Rp600.000-Rp800.000/hari. Selama pandemi, pendapatan Yahmanto turun menjadi Rp250.000-Rp300.000/hari. “Biasanya sehari bisa habis 10 kg, sekarang tinggal 4-5 kg per hari,” katanya.
Ketua Pengelola Pasar Bunder Sragen Sugino menyampaikan dua hari sebelumnya mengimbau seluruh pedagang yang berjumlah 2.600-an orang itu untuk mengenakan pakaian dwiwarna, merah dan putih, pada momentum Hari Kemerdekaan.
Baca Juga: Polres Sragen Isikan 730 Tabung Oksigen Secara Gratis
Imbauan itu dipatuhi sebagian pedagang dengan memakai kostum bernuansa merah dan putih. Sugino mengatakan memakai kostum merah putih itu menjadi bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan.
“Dengan memakai kostum merah putih itu bertujuan membangun rasa cinta bangsa dan tanah air sebagai warga pasar yang menjadi bagian dari NKRI [Negara Kesatuan Republik Indonesia]. Ya, kesederhanaan seperti ini yang bisa dilakukan karena adanya pandemi. Tahun-tahun sebelum pandemi ada organ tunggal, campursari, dan seterusnya, sekarang cukup dengan memakai kostum bersama,” ujarnya.