SOLOPOS.COM - Harian Jogja/ Gigih M. Hanafi Sejumlah anggota Plisi Wanita (Polwan) mementaskan drama kisah menjadi anggota Polwan di Mapolda DIY, Jl. Lingkar Utara (ring road), Sleman, Rabu (3/9). Kagiatan tersebut merupakan peringatan HAri Ulangtahun Polwan yang ke 66.

Harianjogja.com, SLEMAN-Dalam rangka peringatan HUT Polwan ke-66, sebanyak 140 polisi wanita (Polwan) menari kolosal di halaman Mapolda DIY, Rabu (3/9/2014). Bagaimana hasil pertunjukan para Polwan yang tidak memilik kemampuan basis menari tersebut?

Tiba-tiba ada puluhan wanita seusia remaja berpakaian seragam pelajar SMA keluar dari dua tenda barak sisi barat dan timur di halaman Mapolda DIY. Beberapa di antaranya ada yang memakai bando merah, bandana hijau daun, ikat kepala berwarna pink dan lain-lain dengan gaya anak sekolahan. Tas dan sepatu mereka pun berlabel ABG.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tapi jangan salah, kelompok remaja ini bukan pelajar sebenarnya, melainkan Polwan yang masih berusia muda, bertugas di wilayah hukum Polda DIY. Kelompok ini memukadimahi tarian kolosal. Penampilan awal mereka sempat membuat riuh para pejabat dan undangan yang hadir. Polwan bergaya ABG ini menceritakan fase kali pertama sebelum mendaftar sebagai Polwan. Bahwa mereka memasuki usia belia. Harus lulus ujian akhir nasional (UAN) SMA terlebih dahulu dan tentu memiliki kemampuan akademik yang unggul. Didukung dengan minat dan niat akhirnya memutuskan mendaftar Polwan.

Selesai pertunjukan pertama, fase selanjutnya disi dengan pendaftaran dan tes menjadi Polwan. Polwan ABG pun meninggalkan panggung, diganti penari Polwan mengenakan pakaian hitam putih. Dengan berlenggak lenggok memeragakan berbagai tes yang harus dihadapi untuk bisa lolos. Mulai dari pengukuran tinggi badan, tes kesehatan dan seterusnya. Disusul kelompok berikutnya merupakan fase lolos ujian Polwan. Mereka mempertunjukkan tarian disiplin saat mengikuti pendidikan di Lembaga Pendidikan Kepolisian (Lemdikpol). Kemudian tarian fase saat penempatan tugas di berbagai kesatuan. Seperti Sat Lantas, Sat Sabhara, sampai pada Sat Narkoba dan Sat Reskrim.

Tak kalah menariknya dari gelaran tahapan menjadi Polwan, dalam tarian kolosal juga dipertunjukkan tiga opera lain. Tiga penampilan itu merupakan kegiatan ekstra atau di luar dinas Polwan di setiap Polres dan Polresta di DIY. Tiga pertunjukan dibuka dengan penampilan grup angklung berkolaborasi dengan band Polwan yang mendendangkan irama oplosan. Sebuah lirik yang sejalan dengan semangat aparat dalam memberantas miras.

“Lagu oplosan ini memang terdengar menakutkan, tapi kita jadikan semangat dan pesan bagi masyarakat agar meninggalkan miras,” ucap salah satu Polwan melalui pengeras suara di belakang panggung di sela-sela opera berlangsung.

Selesai hiruk pikuk lagu oplosan, nuansa agamis mencoba dihadirkan. Belasan Polwan berjilbab tampil dengan alat musik ala timur tengahnya untuk melantunkan hadroh. Dilanjutkan dengan tarian topeng para Polwan yang membuat decak kagum penonton. Karena para penari topeng didominasi para Polwan berusia tua. Tarian kolosal ditutup dengan berkumpulkan seluruh penari di halaman Mapolda DIY dengan melepas balon HUT ke-66 Polwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya