SOLOPOS.COM - Hoaks (foto: kominfo.gi.id).

Solopos.com, SOLO--Sebuah cuitan di Twitter menuding penyakit Covid-19 yang melanda hampir semua negara merupakan agenda untuk mengurangi kepadatan penduduk. Benarkah demikian?

Cuitan itu diunggah oleh aku @akuhappyboy pada 8 November 2020. Cuitan itu menanggapi tautan berita berjudul “Warga RI Diklaim Paling Optimis Taklukan Covid di ASEAN” yang dibagikan oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sstttt, banyak yg kena covd, banyak yg mati. Salah satu udang dibalik bakwan utk mengurangi kepadatan penduduk xixixixi,” tulis @akuhappyboy.

Ini 10 Provinsi Prioritas Penerima Vaksin Covid-19!

Penelusuran Solopos.com menemukan di level global, Worldometers.info melaporkan kasus Covid-19 mencapai 50.740.558 orang dengan 1.262.168 orang di antaranya meninggal dunia atau sekitar 2,5 persen. Sedangkan di Indonesia, data Kementerian Kesehatan per 9 November 2020 menunjukkan kasus positif mencapai 437.716 orang dan 14.614 orang (3,3 persen) meninggal dunia.

Lebih Rendah

Harvard Medical School, melansir tingkat kematian akibat infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 lebih rendah dibandingkan dengan SARS (sekitar 11 persen) dan MERS (sekitar 35 persen). Meski demikian, rasio fatalitas Covid-19 lebih tinggi ketimbang flu musiman sekitar 0,1 persen.

Risiko tinggi ini bisa terjadi kepada orang dewasa dan mereka yang merokok atau memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes, jantung dan pneumonia. Sedangkan, anak-anak berisiko lebih rendah terkena penyakit parah dan kematian.

“Kami akan memiliki perkiraan tingkat kematian yang lebih akurat untuk infeksi virus Corona ini setelah pengujian menjadi lebih rutin,”tulis Harvard Medical School seperti dikutip dari laman health.harvard.edu, 22 Oktober 2020.

Kabar Duka: Eks Bupati Semarang Siti Ambar Meninggal, Kena Covid-19?

Kehamilan

Sementara itu, kampanye stay at home untuk mencegah persebaran Covid-19 berdampak pada banyaknya kehamilan di tengah pandemi. Thejakartapost.com pada 25 Agustus 2020 memberitakan pengguna kontrasepsi menurun 10 juta orang pada periode Maret-April 2020. Seperempat dari kelompok yang berhenti memakai kontrasepsi merupakan pasangan usia subur antara 20-35 tahun. BKKBN memprediksi ada sekitar 370.000-500.000 kehamilan baru pada Mei 2020.

Selain itu, sebuah studi yang dilakukan United Nation Population Fund (UNFPA) menemukan karantina selama pandemi di 114 negara dengan berbagai durasi antara 3-12 bulan meningkatkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan.

“Gambaran di Asia Pasifik dengan skenario terbaik pun akan ada 11.4 juta kehamilan yang tidak diinginkan dan sekitar 20.7 juta untuk skenario terburuk ,” kata Mela Hidayat, Kepala Perwakilan UNFPA, seperti dilansir Liputan6.com, 27 September 2020.

Dari data-data di atas, menunjukkan kematian akibat Covid-19 diimbangi dengan jumlah kehamilan baru. Artinya, klaim pandemi merupakan agenda pengurangan penduduk merupakan klaim keliru.

Klaim ini diduga memiliki kaitan dengan klaim pandemi Covid-19 sebagai bagian konspirasi elite global dunia. Klaim konspirasi dibantah banyak kalangan saintis dan pemerintah. Baik klaim konspirasi dan pengurangan penduduk keduanya tidak ada bukti ilmiah yang menjadi dasar. Klaim ini termasuk kategori disinformasi.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya