SOLOPOS.COM - Ketua Pembina HWFC, Prof. Muhadjir Effendy yang juga Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, berdiskusi tentang dakwah HWFC pada Minggu (3/10/2021) malam. (Tangkapan layar diskusi PDM Solo)

Solopos.com, SOLO – Hizbul Wathan Football Club (HWFC) terjun dalam liga profesional kompetisi Liga 2 Indonesia tahun ini. Klub milik Persyarikatan Muhammadiyah itu berada di Grup C bersama tim-tim kuat seperti Persis Solo, AHHA PS Pati, PSIM Yogyakarta, Persijap Jepara, dan PSCS Cilacap.

Selain pendidikan dan kesehatan, Muhammadiyah turut mengembangkan jalan dakwah lewat olahraga seperti Tapak Suci. Kader-kader Muhammdiyah turut berkontribusi terhadap sejarah sepak bola Indonesia melalui Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo menggelar diskusi tentang HWFC bertema dari mimbar ke lapangan sepak bola sebagai jalan dakwah bersama Ketua Pembina HWFC, Prof. Muhadjir Effendy yang juga Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Ketua Asprov PSSI DIY, Ahmad Syauqi Soeranto, Pembina HWFC, Dhimam Abror Djuraid, Manajer HWFC, Muhammad Mirdasy, yang dimoderatori oleh Anas Syahirul Alim sebagai Majelis Pustaka pada Minggu (3/10/2021) malam.

Baca Juga: Grup A dan D Liga 2 Mulai Bertanding, Ini Jadwal Pertandingan Perdana

Muhadjir Effendy menyampaikan dalam merintis sebuah klub untuk berkompetisi di tanah air bukan urusan mudah. Perlu pembiayaan besar untuk mengarungi jalannya kompetisi. Sponsor perusahaan besar dimungkinkan bisa membiayai jalannya kompetisi. Muhadjir mendorong HWFC fokus pada sektor anggaran untuk keberlanjutan.

“Aspek pembiayaan sangat penting, cari orang-orang finansial kuat untuk mendukung HWFC. Mohon maaf, kalau bisa Muhammadiyah-nya jangan terlalu mencolok jadi milik publik. Seperti Tapak Suci itu loh, yang penting substansinya Muhammadiyah. Sepak bola kalau sudah berlabel tertentu nanti sulit berkembang, jadi harus ikhlas berwajah publik,” kata Muhadjir.

Ia mendorong HWFC go public dan menjadi milik publik agar lebih mudah dalam segala hal termasuk sponsor. Muhadjir menyebut dakwah itu untuk orang yang belum baik jika sudah baik tidak perlu didakwahi.

“Kalau HWFC sudah membawa para pemain ke tingkah laku baik, itu sudah menjadi dakwah. Luruskan niatnya dulu, mau dilabel persyarikatan atau milik publik,” kata dia.

Baca Juga: Ruang Ganti Stadion Manahan Solo Rusak, Netizen: Usut Tuntas!

Ketua Asprov PSSI DIY, Ahmad Syauqi Soeranto, mengatakan dakwah pencerahan HWFC harus jelas, bisa diajarkan, dan bisa membawa semangat perubahan. Ia mengakui dunia sepak bola Indonesia belum seluruhnya terang. Sehingga, untuk berdakwah dan sukses sepak bola memerlukan anggaran besar seperti yang disampaikan Prof. Muhadjir.

“Meskipun kondisi berat, HWFC ya tetap jalan. HWFC bisa jadi muara klaster akademi, Muhammadiyah memiliki klub di Liga 3. Jadi HWFC jangan sampai degradasi,” kata dia.

Pembina HWFC, Dhimam Abror Djuraid, mengatakan tantangan dari Prof. Muhadjir sangat menarik untuk HWFC. Menurutnya, diibaratkan gelas, HWFC merupakan gelas yang isinya setengah penuh. Ia optimistis HWFC dapat memenuhi gelas itu untuk mengarungi kompetisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya