SOLOPOS.COM - Ilustrasi cek hipertensi (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengefektifkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Hal itu untuk menekan angka kematian pasien Covid-19 dengan komorbid khususnya hipertensi dan diabetes mellitus (DM).

Untuk diketahui, puluhan kelompok Prolanis yang ada di bawah fasilitas kesehatan (fakes) tingkat pertama pada pelayanan jaminan kesehatan nasional (JKN) di Sragen sebenarnya aktif sebelum pandemi tetapi menjadi tidak aktif sejak adanya pandemi Covid-19.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala DKK Sragen dr. Hargiyanto saat ditemui wartawan di Puskesmas Sragen Kota, Jumat (27/8/2021), menyampaikan pasien anggota Prolanis itu merupakan kelompok rentan dalam penanganan Covid-19 di Sragen, terutama para penderita hipertensi dan DM. Dia mengatakan dua jenis penyakit ini sering kali menjadi komorbid dalam kasus Covid-19 hingga menyebabkan kematian.

Baca juga: Kuota Hanya 600 Orang, Antrean Vaksinasi Covid-19 di Setda Sragen Membeludak

Namun, Hargiyanto tak bisa memberikan data tentang kasus kematian pasien Covid-19 yang disebabkan adanya komorbid hipertensi dan DM. Sebagai infromasi, angka kematian pasien Covid-19 di Sragen sudah mencapai 1.192 orang per Kamis (26/8/2021)

“Untuk pencegahan terhadap potensi penularan Covid-19 pada kelompok prolanis maka dilakukan vaksinasi. Para penderita hipertensi dan DM divaksin massal karena mereka masuk kelompok rentan dan kebanyakan sudah lanjut usia (lansis). Hal ini sekaligus sebagai upacara percepatan vaksinasi khususnya lansia karena capaian vaksinasi lansia baru 28%,” ujar Hargiyanto.

Termonitor oleh Faskes Pertama

Hargiyanto mengatakan para penderita hipertensi dan DM ini berisiko tinggi bila terinfeksi Covid-19 sehingga menjadi prioritas vaksinasi. Mereka yang ikut dalam Prolanis, kata dia, sudah termonitor langsung oleh faskes tingkat pertama.

“Selama ini setiap fakes tingkat pertama itu ada kelompok-kelompok Prolanis. Seperti di tempat saya itu awalnya ada 150 orang sekarang tinggal 76 orang. Mereka ini di kelompok diberi pengarahan, edukasi kesehatan, senam bersama, dan seterusnya supaya sakitnya bisa terkontrol,” ujarnya.

Baca juga: Bos Arisan Aleghoz Sragen Kabur, Diduga Sembunyi di Solo

Kepala BPJS Kesehatan Kabupaten Sragen Hariyanto menyampaikan dalam Prolanis itu yang terpenting mengubah mind set penderita hipertensi dan DM supaya memiliki pola makan teratur dan terjaga.

Dia menyebut dari 86 faskes tingkat pertama BPJS, 70% fakes di antaranya sudah melaksanakan Prolanis. Puluhan faskes itu seperti puskesmas, dokter keluarga, dokter gigi, klinik swasta, klinik TNI/Polri, dan seterusnya. Setiap fakes itu, sebut dia, ada yang mengelola 10 pasien atau lebih.

“Kalau pasiennya banyak dibuat kelompok-kelompok dengan anggota 15-30 orang. Sebelum pandemi, kelompok itu aktif untuk kegiatan senam lansia, edukasi kesehatan, cek gula darah, cek tensi, dan seterusnya. Sejak pandemi pertemuan ditiadakan karena harus social distancing. Mengubah mind set itu butuh waktu. Yang penting menjaga pola makan dan hidup sehat,” katanya.

Baca juga: 12 Pesilat Gelar Konvoi saat PPKM di Sragen Lepas dari Jeratan Pidana, Lah Kok?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya