SOLOPOS.COM - Bagas dan ibunya, Ani, memungut sampah plastik di kawasan Terminal Tirtonadi, Solo, Minggu (26/6/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com, SOLO — Kisah dua kakak-beradik Bagas dan Risky yang menjadi pemulung di Kota Solo pada usia yang masih sangat muda mengundang empati berbagai kalangan masyarakat.

Sejumlah bantuan mengalir ke keluarga kecil itu dari bantuan makanan hingga konseling dari Pemkot Solo dan Pemkab Boyolali. Pemkab Boyolali menawarkan untuk memfasilitasi keluarga itu karena ibunda Bagas, Ani Sri Andani, tercatat sebagai warga Karanggede, Boyolali.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, Ani menolak tawaran tersebut. Ani memilih tetap tinggal di Solo bersama ketiga anaknya. Bagas dan Risky kemudian didaftarkan sekolah di SD negeri di Gilingan, Solo, tak jauh dari tempat indekos mereka.

Ibu dari kakak-beradik Bagas dan Risky itu juga akan meneruskan pekerjaannya sebagai pemulung di Kota Solo. Seperti yang ia lakukan pada Minggu (26/6/2022) di Terminal Tirtonadi Solo. Ani bersama dua anaknya memungut botol bekas.

Memulung menjadi pekerjaan utama Ani untuk menghidupi ketiga anaknya, Bagas, Risky, dan Azka. Ani mengakui untuk hidup sehari-hari memang dirasa kurang.

Baca Juga: 2 Bocah Kakak Beradik Jadi Pemulung di Solo, Tinggal Di Rumah Indekos

Dalam satu hari dia menjual rongsok dengan hasil Rp30.000 hingga Rp40.000. Bahkan untuk membayar uang sewa indekos ia mesti mengumpulkan sedikit demi sedikit.

“Tidak pasti, kadang dapat Rp30.000, Rp40.000. Ini sudah waktunya bayar sewa indekos, ngumpulkan sedikit-sedikit,” paparnya dalam bahasa Jawa saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu.

Terbiasa Mandiri

Ani menceritakan sejak dulu sudah terbiasa hidup mandiri. Hingga berkeluarga, dia tidak ingin merepotkan orang tuanya di Karanggede, Boyolali.

Ani merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak pertamanya perempuan dan kakak kedua laki-laki tinggal di Jakarta. Sedangkan kakaknya yang ketiga, perempuan tinggal di Boyolali bersama ibunya. Ibu Ani seorang pedagang beras di pasar.

Baca Juga: Ibunda Bagas Pemulung Cilik Di Solo Ternyata Punya Kisah Memilukan

“Di rumah, [ibu] jualan beras di pasar,” ucap ibu kakak-beradik yang jadi pemulung di Kota Solo itu. Walau setiap bulan pulang ke Boyolali, Ani menegaskan tidak ingin tinggal di sana.

Saat ditanya alasannya, dia hanya berkata hubungannya sedang tidak baik-baik saja dengan kakak perempuannya yang ketiga. “Tidak apa-apa, sudah begini saja, ingin tinggal di Solo saja, jadi ribut dengan mbak saya,” ucapnya.

Sebelum tinggal di indekos wilayah Gilingan, Ani dan almarhum suaminya dulu tinggal di permukiman dekat tanggul Kali Anyar (sekarang menjadi Taman Tirtonadi). Setiap bulan Ani pulang ke Boyolali sekaligus mengambil uang bantuan program keluarga harapan (PKH) di kelurahannya.

“Kemarin dari Boyolali sana, saya mendapat bantuan PKH Rp500.000, ditelepon disuruh pulang ngambil uang di kelurahan [Karanggede) sana,” ujarnya.

Baca Juga: 2 Anaknya Jadi Pemulung Di Solo, Begini Penjelasan Ibunda Bagas-Risky

Ani juga bercerita kamarnya di rumahnya di Boyolali pernah kebakaran karena korsleting. Hal itu diketahui perempuan yang bekerja sebagai pemulung di Solo itu saat akan mengambil akta kelahiran kakak-beradik Bagas dan Risky untuk mendaftar sekolah.

Kebakaran

“Pulang, kemarin itu saya ngurus akta itu habis kebakaran. Rumah saya kamarnya kebakaran, korsleting. Boyolali rumahnya ibu saya, sudah punya akta semua, Risky, Bagas, Azka. Aktanya kebakar saya ya gimana, ngurus lagi kemarin,” ucapnya.

Bagas dan Risky akan disekolahkan di SDN Rejosari tahun ajaran 2022/2023 ini. Sebelum sang bapak meninggal, kata Ani, Bagas sebenarnya sudah ada rencana disekolahkan. Namun takdir berkata lain dan Ani terpaksa mengurungkan keinginan anak pertamanya itu.

Baca Juga: Cerita Bocah Pemulung Cilik Solo: Cari Rongsokan Sejak Usia 3 Tahun

Saat itu, kata Ani, Bagas belum mampu mengambil keputusan. Ia hanya ingin sekolah. Beberapa hari kemudian, sang bapak ingin pulang ke kampung halamannya di Gunung Kidul, DIY, karena merasa tidak enak badan.

Belum sampai rumah, ayah Bagas tidak kuat dan terpaksa dirawat di RSUD Wonosari dan mengembuskan napas terakhirnya di sana. Ani mengatakan almarhum suaminya tidak mempunyai riwayat penyakit apa pun.

“Tidak ada yang membantu, kalau bapaknya masih ada, sudah sekolah dari kemarin. Saya jawabnya begitu ke orang-orang, saya disuruh berbohong tidak mau,” ucapnya.

Kini, bantuan untuk keluarga bocah pemulung yang viral itu mulai berdatangan. “Sejak didatangi dinas itu langsung dicarikan buku sama pak polisi, Polsek Banjarsari. Kalau kemarin gantian polisi Semarang,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya