SOLOPOS.COM - Pedagang minyak goreng di Pasar Ketaon, Banyudono, Boyolali , Suwarti, 63, memasukkan minyak goreng kemasan dua liter ke dalam plastik, Kamis (17/3/2022). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Pemerintah telah mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan dan bermerek dan mengembalikannya kepada harga keekonomian pada Rabu (16/3/2022). Satu hari setelah pencabutan HET itu, harga minyak goreng di beberapa pasar di Boyolali naik tapi nilainya berbeda-beda.

Salah satu pedagang di Pasar Ketaon, Banyudono, Boyolali, Suwarti, 62, mengatakan harga minyak goreng di tempatnya untuk dua liter dibanderol Rp45.000.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Subsidi dihapus ya saya hanya manut pemerintah. Kalau jual naik ya naik, turun ya ikut turun. Saya tidak tahu harga di luaran berapa. Ini saya jual yang dua liter harga Rp45.000, kemudian yang kemasan setengah liter Rp12.000,” ungkap Warti saat ditemui Solopos.com di lapaknya, Kamis (17/3/2022).

Baca juga: Omzet Penjualan Permen & Dodol Susu Boyolali Terjun Bebas Kala Pandemi

Ekspedisi Mudik 2024

Namun Warti mengaku keputusan pemerintah mencabut subsidi minyak goreng kemasan adalah keputusan adil. “Kemarin kan pada mencari minyaknya di toko retail, kalau sekarang mahal ya mahal semua. Untuk pembelian biasa, tidak ada penurunan karena masyarakat tetap butuh minyak untuk kebutuhan sehari-hari,” jelas dia.

Sebelumnya Warti mengaku untuk kulak minyak goreng cukup susah dan harus membeli barang lain seperti sabun atau margarin. Ke depan, di berharap minyak goreng tidak langka dan untuk mendapatkannya juga tak perlu disertai pembelian barang lain. Dia juga mengharapkan harga minyak goreng bisa segera dikendalikan.

Kecewa dengan Keputusan Pemerintah

Pedagang minyak goreng lain di Pasar Ketaon Boyolali, Suprini, 52, mengaku saat ini menjual minyak goreng stok lama. “Baru hari ini minyak goreng saya habis, tadi saya jual harganya Rp18.500 per liternya yang kemasan bantalan,” ungkapnya.

Baca juga: Bunga Tabur Laku Keras di Boyolali Jelang Ramadan

Ia mengaku kecewa dengan keputusan pemerintah yang mencabut subsidi minyak goreng kemasan. Meski dirinya jarang mendapatkan subsidi tersebut, namun jika harga minyak goreng naik dia kasihan pada para pembeli.

Suprini berharap harga minyak goreng dapat turun dan stabil agar masyarakat tidak kesulitan. “Harapan ke depan harganya normal, jangan terlalu tinggi. Harganya bisa kembali seperti dulu Rp12.500 hingga Rp14.000 [per liter]. Kalau lebih dari Rp20.000 kasihan,” kata dia.

Lain lagi di Pasar Pengging, Banyudono, Boyolali, minyak goreng di lapak Istiqomah, 55, dibanderol dengan harga Rp24.000/liter. “Untuk yang dua liter stok saya habis. Ini juga belum ada pasokan baru tapi saya tahu kalau subsidinya sudah dicabut,” ungkapnya kepada Solopos.com.

Baca juga: Mesin Kobong Picu Kebakaran di PT Sari Warna Asli Teras Boyolali

Sebelumnya, Istiqomah mengaku minyak juga sempat mahal di pasaran dan untuk membelinya harus membeli barang lain. “Subsidi dihapus mungkin minyak nggak langka ya. Harga mahal mungkin ketersediaan balik lagi. Harapan saya harga bisa stabil tapi yang murah, jangan naik turun terus,” kata dia.

Lebih lanjut, terkait harga goreng yang selalu gonta-ganti, Istiqomah mengaku hal tersebut merepotkan. “Pembeli ada yang bilang kok minyak harganya gonta-ganti, naik terus. Harus menyesuaikan harga,” jawab dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya