SOLOPOS.COM - Ilustrasi herd immunity (Freepik)

Solopos.com, SOLO--Meski sudah ada program vaksinasi namun herd immunity bisa saja gagal tercapai. Ada sejumlah penyebab yang menyebabkan kondisi ini tidak terbentuk.

Apa sajakah penyebab herd immunity gagal tercapai? Simak ulasannya di tips kesehatan kali ini. Selama ini, untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok, vaksin Covid-19 perlu diberikan kepada 70 persen dari populasi. Namun pakar menyebut, herd immunity  bisa saja sulit tercapai atau hilang begitu saja. Pemicunya beragam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Direktur dari Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan di Universitas Washington, Christopher Murray, menyebut pada tahap herd immunity,  satu orang tidak bisa menularkan virus pada satu atau lebih orang lainnya. Dengan begitu, rantai penularan bisa diputuskan.

"Herd immunity adalah titik di mana ada cukup banyak orang yang telah terinfeksi atau divaksinasi sehingga penularan di satu komunitas tidak terjadi lagi," jelas Murray, mengutip laman detikcom, Rabu (31/3/2021).

Baca Juga: Jelang Puasa, Hindari 4 Kebiasaan Ini untuk Mencegah Tipes

Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci menyebut herd immunity baru bisa tercapai bisa 70 persen-85 persen dari populasi di 1 wilayah sudah divaksin.

Sedangkan dokter spesialis penyakit dalam Jorge Rodriguez memperkirakan, herd immunity memerlukan vaksinasi pada 85 persen-90 persen dari populasi.

Namun herd immunity bisa gagal tercapai dan tidak bertahan lama jika goal persentase tersebut tak kunjung tercapai baik karena lambatnya proses vaksinasi atau masyarakat tak bersedia divaksin.

Apalagi, timbul sejumlah varian virus Corona baru seperti B117 dari Inggris dan B1351 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Rodriguez menegaskan, semakin besar persebaran  varian baru, semakin besar kemungkinan timbul mutasi baru.

Selain itu jika masih banyak masyarakat mengabaikan pembatasan mobilitas, herd immunity juga sulit tercapai. Padahal, pembatasan bukan hanya berfungsi meminimalkan penularan, melainkan juga untuk menekan risiko timbul mutasi baru.

Risiko yang lebih buruk, semakin variatif mutasi Corona, semakin tinggi potensi vaksin tak mempan atasi infeksi Covid-19 .

"Dalam tubuh seseorang mereplikasi 1 varian, kemudian varian tersebut kebal terhadap vaksin. Orang ini kemudian menularkan lagi ke orang lain yang meski sudah divaksin, virusnya resisten. Ini adalah skenario terburuk," bebernya.

Kisah tentang herd immunity gagal tercapai ada di Swedia. Swedia tak menerapkan lockdown dalam menghadapi pandemi Corona. Bar, restoran, bisnis tetap dibuka, dan orang-orang tidak dipaksa berdiam diri di rumah.

Baca Juga: Mengenal Organic Parenting Ala Finlandia, Apakah Itu?

Ahli epidemiologi Swedia Anders Tegnell meyakini kebijakan ini untuk menciptakan kekebalan dalam suatu kelompok. Dikenal juga dengan strategi herd immunity di mana secara alami kekebalan pada virus Corona akan muncul di suatu kelompok dan dinilai bisa mencegah penyebaran lebih luas.

Melansir laman Reuters, studi baru di Swedia meragukan kebijakan tersebut berhasil. Berdasarkan 1.100 tes di Swedia, ditemukan hanya 7,3 persen orang di Stockholm, ibukota Swedia, yang berhasil mengembangkan antibodi.

Bjorn Olsen, Profesor Obat Infeksi di Universitas Uppsala, dan seorang kritikus yang cukup vokal terhadap respons pandemi Swedia, mengatakan bahwa pendekatan kekebalan kawanan atau strategi herd immunity gagal tercapai. "Saya pikir kekebalan kawanan [herd immunity] masih terlalu jauh, jika kita pernah mencapainya," kata Bjorn Olsen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya