SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengambilan spesimen virus corona. (Reuters/Edgar Su)

Solopos.com, SOLO--Tracing (pelacakan), testing (pemeriksaan) dan treatment (perawatan) atau biasa disingkat 3T penting untuk menghentikan penularan Covid-19. Masyarakat diminta tidak takut saat dilakukan pelacakan dan pemeriksaan.

Selain memotong rantai penularan, 3T membantu menemukan pasien positif Covid-19 sedini mungkin. Semakin dini ditemukan, proses penangannya makin mudah dan tidak menyiksa pasien. Sebab, jika harus masuk ICU saat pasien ditemukan, peluang hidupnya berada di kisaran lima persen.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Selama ini banyak kasus terjadi seseorang yang positif Covid-19 enggan bercerita dan melaporkan dengan siapa saja mereka bertemu. Saat pergi ke kantor, ia menularkan ke teman-temannya. Dan teman-temannya menularkan lagi ke orang lain.

“Saya berharap tracking bukan hal menakutkan. Justru tracking dan testing itu adalah bagian dari bagaimana kita menolong orang, terlepas dari masalah berat apabila dia mendapatkan Covid-19,” kata Kasubbid Tracking Satgas Covid 19, dr. Kusmedi Priharto, dalam talkshow yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Kamis (19/11/2020).

Ekspedisi Mudik 2024

Kusmedi menjelaskan tracing dilakukan menurut pedoman standar yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Setiap ada satu orang positif Covid-19 ditemukan, petugas akan mendata hingga 30 orang yang berhubungan dengan pasien tadi. Selain itu, ada target minimal pemeriksaan satu orang per 1.000 penduduk per pekan.

“Itu target hanya tujuan. Utamanya memutus rantai penularan dan menemukan pasien baru,” kata dia.

Pengin Awet Muda, Sering-Sering Konsumsi Makanan Ini Yuk

Petugas Tracing

Ketika tracing dilakukan petugas memerlukan banyak informan. Pemerintah kini menambah 7.000 petugas tracing di 10 provinsi sasaran. Mereka ditempatkan di 1.612 puskesmas di 51 kabupaten/kota. Selain itu, pemerintah juga menggerakkan ketua RT/RW, lurah, camat, dan kader kesehatan untuk mendukung tracing. Begitu ada pasien positif Covid-19, mereka akan melaporkan kepada petugas tracing itu tadi. Di kota-kota besar seperti Jakarta, tracing juga dilakukan menggunakan platform digital.

Setiap pelacakan menghasilkan data-data yang penting untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan. Pentingnya data ini mendorong pemerintah menempatkan analis di puskesmas agar penyakit-penyakit yang ada bisa diminimalisasi persebarannya. Data ini kemudian sampai ke Kemenkes. Di sini, data kembali dianalisis sebagai bahan pembuatan kebijakan yang tepat.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B. Harmadi, mengatakan pelaksanaan 3T dan 3M membutuhkan perubahan perilaku. Namun, persepsi masyarakat selama berpandangan bahwa testing merupakan sesuatu yang menakutkan.

Tak hanya itu, masyarakat pun khawatir jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif menimbulkan stigmatisasi di lingkungannya. Padahal, seseorang mau menjalani tracing dan testing adalah pahlawan kemanusiaan sebab ia membantu memutus mata rantai penularan.

“Partisipasi masyarakat penting sekali. Satu orang positif dicari 35 orang kontak erat. Tapi begitu dapat, saya enggak mau dites. Kan enggak bisa dipaksakan harus dites. Ini masih jadi PR kita. Bukan malu atau tabu tapi ada stigmatisasi kalau mereka harus dikarantina dan lainnya,” kata Sonny.

UMK Solo Naik 2,94%, Pemkot Segera Sosialisasi

Panduan Kesehatan Mental

Pemerintah kini tengah menyusun panduan kesehatan mental untuk mengubah paradigma dan persepsi masyarakat terkait testing dan tracing ini. Melalui panduan ini diharapkan masyarakat akan berperilaku mengikuti prosedur yang ada ketika terkena tracing dan testing.

Sonny mengatakan dari hasil evaluasi aplikasi monitoring perubahan perilaku menunjukkan masyarakat mulai patuh terhadap 3M secara perlahan-lahan. Dari sekitar 7,8 juta orang yang diedukasi, ada sekitar 50.000 orang yang masih menolak. Angka ini masih terbilang besar sebab berpotensi menularkan kepada orang lain.

Ada sejumlah kota dengan tingkat kecenderungan penolakan tertinggi yakni Jogja, Jambi, dan Papua. “Tiga daerah ini kami perkuat. Sampai pandemi ini belum berakhir, kita harus disiplin dan komitmen harus kuat [terhadap 3T dan 3M],” ujar Sonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya