SOLOPOS.COM - Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali memicu kegaduhan. Kali ini, Kemdikbud mewacanakan perampingan kurikulum. Kebijakan itu langsung menuai protes dari para pendidik, karena Kemdikbud mewacanakan penghapusan kewajiban mata pelajaran sejarah.

Penghapusan kewajiban mata pelajaran sejarah itu bukan diterapkan secara total, melainkan hanya untuk satuan pendidikan tertentu. Meski demikian, penyederhanaan kurikulum yang diwacanakan Kemdikbud tersebut dianggap sebagai langkah meningkatkan kualitas mutu pendidikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain sejarah, pelajaran lain yang terkena imbas penyederhanaan antara lain pelajaran Agama dan Budi Pekerti yang disederhanakan menjadi kelompok Agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian ada program Pendidikan Karakter yang justru dibuat mata pelajaran tersendiri.

Wow! Gelombang Ledakan Cygnus Supernova 36 Kali Besar Bulan

Di samping itu, terdapat penambahan mata pelajaran baru seperti Pengalaman Dunia Kerja untuk SMA, mata pelajaran Vokasional dan Kewirausahaan.

Terkait langkah Kemdikbud tersebut, Koordinator Serikat Guru Rawamangun (SGR) Haris Malikus mengungkapkan ada kekeliruan mendasar dari penyusunan kurikulum yang menyisihkan peran pelajaran sejarah. “Hal ini terkait paradigma bahwa hal-hal yang tidak menawarkan keterampilan praktis, tidak dibutuhkan oleh dunia pendidikan,” ungkap Haris yang juga pengajar di SMA Sumbangsih Jakarta, Jumat (18/9/2020).

Dengan kacamata tersebut, menurutnya, Kemdikbud malah meninggalkan filosofi mendasar terkait pendidikan sebagaimana Ki Hadjar Dewantara pernah kemukakan. “Salah satunya konsep soal koeksistensi, di mana siswa harus menyadari kehidupan bersama dari lingkup terkecil, hingga lingkup hidup yang lebih besar, di sana letak peran ilmu sosial seperti sejarah,” ungkap Haris.

Dianggap Kontroversial, Film Dokumenter Sulli Diturunkan MBC

Dia mengingatkan kebijakan perampingan kurikulum yang digagas Kemdikbud itu mengorbankan paradigma pendidikan seperti dirumuskan Ki Hadjar. Penghapusan mata pelajaran Sejarah dengan penambahan mata pelajaran Vokasional dan Kewirausahaan itu membuat pelajar melulu terpaku kepada persoalan pengajaran praktis dan keterampilan teknis,. Hal tersebut dinilai bakal berakibat buruk.

Rapuh Jaga Solidaritas

“Kelak generasi mendatang memberikan wajah orang-orang yang pintar, kaya secara ekonomi, namun rapuh menjaga solidaritas dan kemauan kolektif,” tegas pegiat diskusi pedagogik Taman Pembelajar Rawamangun (TPR) itu.

Pihak Kemdikbud mengakui tengah menggodok rencana perampingan kurikulum tersebut. Sebagaimana diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemdikbud Totok Suprayitno, bahwa penyederhanaan kurikulum masih dalam tahapan awal serta membutuhkan waktu yang panjang.

Aktor Mahal Korea Lee Jong-suk Ternyata Juga Bisnis Restoran

“Rencana penyederhanaan kurikulum masih berada dalam tahap kajian akademis,” kata Totok seperti dikutip dari siaran pers resmi Kemdikbud.

Selain itu, terkait pelajaran sejarah di sekolah, Totok menegaskan pelajaran sejarah tetap terdapat dalam kurikulum. Pelajaran sejarah, ungkapnya, akan tetap diajarkan dan diterapkan di setiap generasi.

“Kemdikbud mengutamakan sejarah sebagai bagian penting dari keragaman dan kemajemukan serta perjalanan hidup bangsa Indonesia pada saat ini dan yang akan datang,” tukas Totok.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya