SOLOPOS.COM - ilustrasi khotbah (JIBI/Solopos/Ivan Andimuhtarom)

Heboh interupsi khotbah Jumat yang dilansir dalam situs resmi NU menuai reaksi beragam di masyarakat. Inilah pendapat Kiai Thoriqoh Shiddiqiyyah, KH Ali Muhtarom.

Madiunpos.com, MADIUN—Khalifah Thoriqoh Shiddiqiyyah, KH Ali Muhatrom ini tak menampik bahwa saat ini banyak khatib yang gemar menyampaikan khotbahnya dengan menyinggung perasaan umat, mendeskreditkan seseorang, dan mengumbar perbedaan pendapat (khilafiyah).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurutnya, hal itu sebenarnya tak akan terjadi jika takmir masjid mampu menyeleksi para khatib sebelum menyampaikan khotbahnya.

“Sebaiknya sebelum khatib menyampaikan isi khotbahnya, diselidiki dulu rekam jejaknya. Kadang kadang khatib pendatang, lalu pakai surban, lalu diizinkan oleh takmir. Tahu-tahu, di belakangnya ada masalah. Kasihan kan jemaah masjid?” ujarnya saat ditemui Madiunpos.com, di sela-sela mengisi tausiah ratusan jemaah Thoriqoh Shiddiqiyyah di Madiun, Kamis (8/1/2015).

Khotbah Jumat, kata Ali, sebenarnya adalah bagian dari ibadah mahdoh. Sehingga, tugas utama seorang khatib ialah menjaga kekhusukan ibadah tersebut agar jangan sampai terjadi kekacauan.

Di sinilah peran khatib agar tak mencampuradukkan masalah politik, pemerintahan, atau perbedaan pendapat, dalam isi khotbah.

Apalagi, khatib sampai mencampuradukkan kebencian pribadinya kepada suatu golongan atau seseorang dalam isi khotbah.

“Khotbah karena diliputi rasa benci ini tak boleh. Contohnya seperti khotbah di Tanjung Priok yang langsung menunjuk hidung nama Ahok [Gubernur DKI]. Ini enggak dibenarkan dalam khotbah, karena mencampuradukkan sentimen pribadi,” tambahnya.

Menurutnya, interupsi kepada seorang khatib boleh dilakukan. Namun, waktunya bukan saat khotbah, melainkan selepas khotbah. “Intinya kan agar tak terjadi kekacauan,” paparnya.

Sebelumnya, netizen dihebohkan oleh diskusi dalam konten Bahtsul Masail di situs nu.or.id.

Menurut salah seorang pengasuh Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama (NU), Mahbub Ma’afi Ramdlan, ‘menginterupsi’ atau menyanggah diperbolehkan apabila khatib Salat Jumat menyampaikan hal-hal yang ngawur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya