SOLOPOS.COM - Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. (Wikimedia.org)

Solopos.com, SOLO -- Peringatan hari kematian (haul) ke-10 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Solo akan digelar pada Jumat (7/2/2020). Sejumlah agenda sudah disiapkan panitia dengan tema Njejegake Soko Guru Nusantara.

Kegiatan pertama berupa bedah buku Menjerat Gus Dur akan dilangsungkan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Muayyad, Mangkuyudan, Laweyan, Solo, pukul 13.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bedah buku akan menghadirkan beberapa narasumber seperti Virdika Rizky Utomo (penulis buku Menjerat Gus Dur), Wahyu Muryadi (mantan Kepala Biro Protokol saat Gus Dur menjadi Presiden), dan Imron Rosyadi (Ketua PCNU Tiongkok).

Ekspedisi Mudik 2024

Kegiatan kedua yang merupakan puncak acara akan digelar di Balai Kota Solo pukul 19.00 WIB yakni penyampaian testimoni dari sejumlah tokoh. Ada Masduki Baidlowi, Wahyu Muryadi, dan Anita Ashvini Wahid selaku perwakilan keluarga Gus Dur yang akan mengisi acara.

Warga Klaten Ini Simpan Prasasti Berumur 1.173 Tahun, Begini Bentuknya

“Ada juga testimoni sejumlah tokoh lintas agama dan budayawan. Acara ini akan dihibur Gus Kirun dan hadrah Ayyada,” terang Ketua Panitia Haul ke-10 Gus Dur, Hussein Syifa, saat jumpa pers di RM Adem Ayem Solo, Selasa (4/2/2020).

Menurut dia, pemilihan Balai Kota Solo sebagai tempat penyelenggaraan acara puncak haul ke-10 Gus Dur tidak ada motivasi politik. Balai Kota Solo dipilih karena merepresentasikan tempat publik milik semua lapisan masyarakat Kota Bengawan.

Razia di Tol Solo-Ngawi: 126 Kendaraan Terjaring, 74 Sopir Kena Tilang

“Selain itu karena ini sedang musim penghujan. Bila di lapangan seperti tahun kemarin acara begitu besar kami terus terang sangat repot. Kali ini, kami bertempat di balai kota karena tempatnya masyarakat. Ini no politik. Balai kota milik kita,” ujar dia.

Terkait tema Njejegake Soko Guru Nusantara, Hussein mengatakan hal itu tidak lepas dari pandangan-pandangan Gus Gur semasa hidup. Saat itu Gus Dur memandang ada pilar-pilar penyangga demokrasi bangsa yang tidak lagi lurus atau jejek.

Taspen Dilebur ke BPJS Ketenagakerjaan, PNS Takut Kehilangan Tunjangan Beras

Salah satunya tidak dijunjungnya lagi etika-etika berpolitik. Politik sekadar dimaknai sebagai jalan atau cara untuk mendapatkan kekuasaan atau tujuan. Padahal mestinya ada nilai-nilai penting lain yang tidak boleh diabaikan menurut Gus Dur.

“Berpolitik iya. Tapi norma-norma politik harus terus dijunjung tinggi, Tidak sekadar politik. Ada aspek kemanusiaan yang harus dikedepankan. Itu selalu diutamakan Gus Dur. Dulu Gus Dur selalu berpegangan kepada piye benere [jalan yang benar],” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya