SOLOPOS.COM - Ikan hasil tangkapan dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri dalam proses penimbangan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Wuryantoro, Rabu (10/8/2022). Hasil tangkapan ikan di WGM Wonogiri terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Menurunnya hasil tangkapan ikan di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri mengakibatkan banyak nelayan memilih alih profesi dalam beberapa waktu terakhir. Penghasilan nelayan di WGM Wonogiri saat ini senilai Rp30.000-50.000/hari.

Ketua Kelompok Nelayan Mina Tirta Wuryantoro, Maryadi, mengatakan jumlah anggota Kelompok Mina Tirta Wuryantoro bisa mencapai 90-an orang di tahun 2016. Jumlah itu terus menurun dari tahun ke tahun.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Pada 2022 ini, hanya sekitar 30-an nelayan yang aktif mencari ikan di WGM. Mereka pun tak lagi menjadikan nelayan sebagai profesi utama. Selain menjadi nelayan, mereka juga berprofesi sebagai petani atau peternak. Bahkan ada yang memilih menjadi buruh paruh waktu,” katanya Rabu (10/8/2022).

Sebagaimana diketahui, ikan hasil tangkapan nelayan di WGM Wonogiri masih minim hingga memasuki pekan kedua Agustus 2022. Fenomena tersebut dinilai tak lazim karena Juli-Agustus biasanya menjadi musim panen bagi para nelayan.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat kondisi normal, hasil ikan yang ditangkap dari WGM mencapai 5-10 kg. Penghasilan nelayan dalam kondisi normal senilai Rp100.000-Rp150.000/hari.

Baca Juga: Ratusan Ribu Benih Ikan Disebar di WGM Wonogiri, Ini Daftar Sebarannya

Saat ini, rata-rata hasil ikan yang ditangkap nelayan 2-3 kg per hari dengan penghasilan Rp30.000-50.000/hari. Penghasilan itu belum termasuk biaya bahan bakar minyak (BBM) Pertalite senilai Rp8.000-9.000/liter. Setiap menyalakan mesin perahu, para nelayan pasti membutuhkan Pertalite.

Biasanya, nelayan mulai memanen ikan saat Juli-Oktober. Curah hujan yang rendah sebagai imbas musim kemarau di waktu itu mendorong penyusutan air waduk. Saat penyusutan air terjadi, ikan-ikan akan lebih mudah ditangkap.

“Tahun ini ada keterlambatan penyusutan air. Harusnya sejak Juli itu airnya [waduk] sudah banyak menyusut. Tapi mulai penyusutan baru beberapa hari ini [Agustus]. Prediksinya, mulai akhir Agustus atau September itu airnya mulai banyak menyusut,” kata salah satu warga yang juga anggota Kelompok Nelayan Mina Tirta Wuryantoro, Basuki.

Selain faktor cuaca, menurut Basuki, banyaknya pemakai branjang saat menangkap ikan dan keberadaan tanaman gulma turut memengaruhi sulitnya nelayan mencari ikan di WGM. Dua faktor yang diakui berdampak menurunnya hasil tangkapan nelayan WGM itu terjadi sejak 2015.

Baca Juga: Aset di Zona I Objek Wisata WGM Wonogiri Senilai Rp1,01 Miliar

Para nelayan hingga kini tak mengetahui cara menyingkirkan tanaman gulma yang ada di perairan WGM. Setahu mereka, saat tanaman dicabut di waktu air surut, tanaman itu kembali tumbuh saat air kembali naik.

“Mulai 2011-2015, ikan hasil tangkapan nelayan masih melimpah. Setiap nelayan bisa dapat 30 kg/hari. Setelah 2015, saat mulai marak pemakai branjang dan munculnya oset [tanaman gulma], dari tahun ke tahun hasil tangkapannya mulai menurun. Sebenarnya sudah ada larangan dan sanksi menggunakan branjang. Tapi, sanksi itu belum pernah dijalankan. Setelah ketahuan memakai branjang, alat itu disita tapi hukuman kepada pemiliknya tidak pernah diterapkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya