SOLOPOS.COM - ilustrasi seorang anak memainkan game bertema kekerasan (dailymail.co.uk)

Hasil survei Baidu dan GfK menunjukkan orang Indonesia ternyata paling suka bermain game dan melakukan chatting.

Solopos.com, JAKARTA — Dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan di ponsel pintar, ternyata game dan instant messaging adalah jenis aplikasi yang paling banyak diinstal oleh pengguna di Indonesia.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Seperti dikutip dari Detik, Jumat (8/4/2016), hasil survei yang dilakukan GfK Indonesia bertajuk Mobile Apps Market Study Indonesia menunjukkan kalau dua jenis aplikasi tersebut paling banyak diunduh oleh para responden riset tersebut.

Dari 2.000 responden yang berasal dari Jabodetabek, Bandung, Semarang dan Surabaya, 38%-nya mengaku paling sering mengunduh aplikasi game di ponselnya. Sementara 27% di antaranya paling sering mengunduh aplikasi jenis instant messaging.

Meski paling banyak diunduh, aplikasi jenis ini juga yang paling sering dihapus oleh para responden, tak sampai sebulan setelah diunduh, seperti game sebesar 50%, instant messaging atau komunikasi sebanyak 29%.

Alasan para responden dalam memilih game beragam, namun yang kebanyakan menyebut karena game yang diunduh bersifat menghibur. Sementara aplikasi lain seperti instant messaging, media sosial dan e-commerce diunduh karena fungsi dan manfaatnya.

Hasil survei tersebut juga mendaulat game Clash of Clans (CoC) menjadi permainan yang paling sering diunduh di Indonesia. Sebenarnya CoC tak berada di posisi puncak, karena ada Google Play Games-lah yang ada di posisi satu, yang menjadi syarat untuk memainkan sejumlah game di platform Android.

Sebagai catatan, hasuk survei GfK itu dilakukan dalam rentang waktu tiga bulan, antara bulan Oktober hingga Desember 2015 lalu. Sementara respondennya sendiri berusi antara 13-55 tahun, dari kelompok sosial ekonomi ABC.

Aplikasi Luar Negeri Lebih Diminati

Dalam pemaparan hasil survei bersama Gfk Indonesia, Head of Marketing Baidu Indonesia, Iwan Setiawan, menjelaskan alasan aplikasi global lebih diminati oleh pengguna perangkat bergerak di Indonesia.

Menurut dia, kualitas aplikasi karya anak bangsa tidak kalah dengan aplikasi global, namun banyak tantangan dalam pengembangan dan promosi. “Mungkin sebagian besar ahli di coding, tapi kalah di user interface dan user experience, sehingga ini masih menjadi tantangan. Mereka juga tidak memiliki akses pasar,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, Jumat.

Lebih lanjut, Iwan menjelaskan aplikasi Indonesia tidak memiliki sistem pembagian tugas, seperti tidak adanya bagian pemasaran. “Ada Play Store, tapi mereka tidak tahu cara mempromosikan. Baidu sendiri mencoba bantu dengan platform milik kami, Mobo Market, untuk promosikan mereka,” ujar dia.

Terkait dengan potensi aplikasi di Indonesia ke depannya, Iwan melihat aplikasi yang berhubungan dengan kehidupan pengguna akan menjadi yang paling diminati.

“Aplikasi yang berhubungan dengan kehidupan yang mempermudah hidup, seperti berbagi tumpangan kendaraan, layanan offline dibawa ke online,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya